Jumat, 05 Agustus 2022

Bu Tini : Pejuang dan Penulis Handal dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia


Bu Tini : Pejuang dan Penulis Handal dalam  Pengelolaan Sampah di Indonesia

(Ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas/GSSI).

Ada yang bikin tulisan tentang  aku nih.  Duh jadi malu deh blom sehebat tulisan itu

Seri Kedua : Perempuan-Perempuan Hebat dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia.


Sempat tercenung sesaat ketika akan memulai menulis sosok Bu Tini ini. Tidak bisa dipungkiri karena reputasi Bu Tini yang demikian hebat di jagad pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagai bukti adalah semua kegiatan Bu Tini bisa dilihat di berbagai aplikasi on line (media sosial) yang sudah diunggah sejak lama. Selain terlibat dalam pengelolaan sampah, Bu Tini juga menaruh perhatian pada bidang-bidang yang lain seperti  pelestarian lingkungan dan dunia kepariwisataan. Pengelolaan sampah memang sangat berkelindan dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,  termasuk pengembangan desa wisata yang saat ini sedang digelorakan kembali oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI bersama Pemerintah Daerah (Pemda) di Indonesia. Hal itu bisa dimaklumi mengingat daya tarik desa wisata dalam bentuk keindahan alam, budaya lokalita, situs peninggalan sejarah, dan potensi yang lain tidak akan dilirik oleh wisatawan lokal, nusantara dan manca negara jika kondisi lingkungannya terlihat kotor, bau tidak sedap dan tidak nyaman.


Perempuan kelahiran Bandung ini memiliki nama lengkap Tini Martini Tapran, S.Si, M.Sos. Sehari-hari biasa dipanggil dengan sebutan Bu Tini. Perempuan yang memiliki hobi membaca, menulis dan traveling ini  memiliki seabreg kegiatan, karya dan penghargaan dibidang pengelolaan sampah dan dibidang-bidang lainnya. Setelah menempuh pendidikan formal di Fakultas MIPA ITB dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNPAR, Bu Tini terus meningkatkan dan mengasah kemampuannya dengan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, work shop (loka karya) dan seminar baik di dalam maupun di luar negeri di lingkup pengelolaan sampah, pelestarian lingkungan dan kepariwisataan. Salah satu pelatihan yang dianggap penting dan memberikan kesan mendalam bagi Bu Tini adalah pelatihan yang dilaksanakan selama dua pekan di Zerowaste Academy di Filipina pada tahun 2017. Pelatihan yang belakangan telah memperkuat peran Bu Tini dalam melakukan pengelolaan sampah di kota Bandung dan di daerah-daerah lain di Indonesia. Timbulan sampah di Indonesia baik organik maupun anorganik saat ini memang sudah sangat mengkhawatirkan. Dampak negatip yang ditimbulkan dari sampah yang tidak tertangani dengan baik adalah terjadinya pencemaran lingkungan hidup, gangguan kesehatan pada masyarakat dan peningkatan gas rumah kaca (GRK) yang dapat memicu perubahan suhu dan iklim global. Sebagian besar dari total timbulan sampah di Indonesia adalah sampah organik (57 %), selebihnya adalah sampah anorganik/plastik (15 %), kertas (10 ) dan sampah lainnya (17 %). Kuntributor terbesar sampah organik adalah sampah yang berasal dari rumah tangga (38 %), kawasan (16 %), pasar (16 %), perniagan (7 %), fasilitas publik (5 %), perkantoran (5 %) dan sampah lainnya (15 %). Hal itu yang menjadi salah satu petimbangan mengapa penanganan sampah senantiasa berbasis dari rumah tangga atau dari sumbernya.


Sebagai Ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas (GSSI), selain menyandang peran sebagai pemerhati, pegiat dan praktisi pengelolaan sampah, Bu Tini juga memiliki sederet peran yang lain seperti sebagai fasilitator, koordinator, kontributor dan kolaborator dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Peran-peran yang sangat membantu Bu Tini terutama ketika dilibatkan dalam kegiatan penanganan sampah di Kota Bandung melalui penerapan model-model pengembangan kawasan bebas sampah (KBS) hasil kolaborasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung dengan komunitas Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) yang kemudian bertransformasi menjadi Kang Pisman (Kurangi, Pisah dan Manfaatkan Sampah). Kang Pisman merupakan salah satu model penanganan sampah yang berbasis dari rumah tangga atau dari sumbernya, sehingga sampah sebisa mungkin tidak sampai ke TPS dan TPA atau dibuang secara sembarangan di sungai dan badan-badan air yang lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan baik pada masyarakat maupun makhluk hidup yang lain. Model ini oleh Bu Tini telah dicobakan di ke-RW-an  Cibunut,  Kelurahan Kebun Pisang, Kota Bandung. Meski memerlukan waktu yang relatip lama dan penuh dengan lika-liku, penangan persoalan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung ini telah menjadi best practice dan sekaligus success story dalam penanganan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya. Tidak kalah pentingnya adalah dari pengalaman penanganan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebun Pisang, Kota Bandung ini, telah tergali suatu sistem yang tepat dan strategi pemberdayaan  masyarakat terutama pada ibu-ibu rumah tangga untuk bisa memahami dan mempraktekan kegiatan pilah, pilih dan olah sampah menjadi produk-produk yang memiliki kemanfaatan atau bernilai ekonomi tinggi. Melalui sistem dan strategi pemberdayaan masyarakat dalam penangan sampah ini,  ibu-ibu rumah tangga yang berperan serta aktif dan telah diedukasi serta mengikuti kegiatan sosialisasi, diharapkan dapat memahami dan menerapkan berbagai konsepsi yang berbasis pada prinsip-prinsip  reuse, reduce dan recycle (3 R) serta sirkular ekonomi atau ekonomi melingkar dalam pengelolaan sampah. Keberhasilan dalam penanganan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung ini kemudian di replikasi dan dikembangkan di daerah-darah lain di Kota Bandung. Bahkan model yang sama saat ini telah diujicobakan di beberapa daerah di Kabupaten Garut, Jawa Barat.


Sebagai pendidik yang sekaligus penulis, Bu Tini mencoba menuangkan tahapan-tahapan dalam sistem dan strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi bahan ajar berupa modul PasGeBer (Pasukan Gerakan Bersih) yang mudah dipahami oleh warga belajar, terutama anak-anak, remaja dan dewasa (generasi muda). Dalam kegiatan belajar-mengajarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan "belajar dari pengalaman atau experience learning cycle (ELC)" dengan menggunakan kombinasi metoda belajar-mengajar seperti penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi dan penyelesaian masalah (problem solving).


Seperti pegiat pengelolaan sampah yang lain, Bu Tini dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki juga telah diminta menjadi nara sumber dalam penangangan sampah di berbagai tempat di Indonesia baik secara daring melalui zoom meeting  maupun luring (off line) dengan kunjungan langsung ke lapangan. Mungkin tidak hanya model penanganan sampah saja yang harus direplikasi, akan tetapi sosok-sosok seperti Bu Tini ini yang perlu "ditumbuhkembangkan" sebagai bagian dari unsur kolaborasi multi pihak ABCGM sehingga penanganan sampah di Indonesia bisa dilakukan secara tuntas dan berkesinambungan. Selamat berjuang dan maju terus Bu Tini dalam pengelolaan sampah di Indonesia untuk bumi yang asri, nyaman dan lestari.


KASONGAN, Bantul, Yogyakarta, 5 Agustus 2022.


Asikin Chalifah


》 Ketua DPW PERHIPTANI DIY

》 Pembina Rumah Literasi (RULIT) WASKITA, Kedungtukang, BREBES.

 

Senin, 23 Mei 2022

NASIB BAYI YANG LAHIR SETELAH TAHUN 2020 ADA DI TANGAN KITA SEMUA

Terima kasih forum bjbs yang sudah mewawancarai aku,  rasanya senang bisa berbagi cerita tentang anak-anak.  mengapa?  karena aku sangat sedih jika mengingat bahwa  ada prediksi para ahli di tahun 2050 

Mau tidak mau kita harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan anak-anak ini.  bukan tidak mungkin suatu saat anak-anak ini akan berebut makanan terutama air minum karena jika kita tidak berubah maka air akan menjadi barang langka di tahun 2050 

jika kita tidak segera berubah maka kita tidak punya waktu untuk memberikan kualitas hidup pada anak-anak ini untuk bisa menghirup udara bersih dan nyaman. 

itulah mengapa aku punya cita-cita pengen punya kebun permakultur,  karena aku pengen nyiapin sumber makanan buat anak-cucuku 


 https://youtu.be/3XnwGgfY-3g


https://nationalgeographic.grid.id/read/131766300/skenario-2050-prediksi-peneliti-tentang-kepunahan-manusia-dalam-30-tahun-mendatang?page=all

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20211007114840-37-282089/pakar-brin-bicara-prediksi-jakarta-tenggelam-2050

https://tirto.id/prediksi-dampak-perubahan-iklim-dari-ipcc-dunia-terancam-bencana-giBZ

PELAN-PELAN MEWUJUDKAN KAWASAN BEBAS SAMPAH

 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 




https://youtu.be/XbX81hr5jxw

Kamis, 04 Juni 2020

Obama’s Powerful Remarks to 2020’s High Graduates


Dengan alasan bahwa pidato/kata-kata ini sangat menyentuh hati dan sangat berguna bukan hanya  buat anak muda Amerika saja tetapi all around the world sebenarnya.  Maka saya menuliskan ulang teks nya dan ingin menyimpannya di sini .  Dan sejujurnya  video ini membangkitkan semangat saya sebagai yang tidak muda lagi untuk belajar banyak dari  kaum muda.  Di tengah kondisi yang serba tidak jelas, kemungkinan banyak dan pastinya perubahan sangat cepat sehingga butuh respon cepat juga sehingga saya sebagai manusia setengah abad benar-benar merasa ingin melihat anak-anak muda berpacu dan berproses dalam kondisi sekarang ini.  Saya yakin anak-anak muda Indonesia bisa memperlihatkan ketangguhan nya  sehingga kita semua bisa melampaui krisis ini dengan hasil yang baik dan bisa banyak belajar jika hal seperti ini terjadi kembali.   Menggunakan 21st century skills of communication, collaboration, critical thinking, and creativity kita pasti bisa Aamiin YRA  

Thanks  Obama for your inspiration for us 

This pandemic has fully finnaly torn back the curtain on the idea that so many of the folks in charge know what they’re doing.  You’re going to have to grow up faster than some generations  this pandemic has shaken up the status quo and laid bare a lot of our country’s deep-seated problems,  from massive economic inequality to ongoing racial disparities to a lack of basic health care for people who need it.  It’s woken a lot of young people up to the fact, the old ways of doing things just don’t work that it doesn’t matter how much money you can make If everyone around you hungry and sick and that our society and our democracy only work when we think not just about ourselves, but about  each other. It’s also pulled the curtain back on another hard truth , something that we all have to eventually accept once our childhood comes to and end. All those adults that you used to think were in charge and knew what they were doing? Turns out that they  don’t have all the answers.  A lot of them aren’t even asking the right questions.

 So, if the world’s gonna get better, it’s gonna be up to you. That realization may be kind of intimidating, but I hope it’s also inspiring. With all the challenges this country faces right now, no body can tell ya, “No, you’re too young to understand” or “this is how it’s always been done” because with so much uncertainty, with everything suddenly up for grabs, this is your generation’s world to shape. Since I’m one the old guys, I won’t tell you what to do with this power that rests in your hands.  But I’ll leave you with three quick pieces od advice

First, don’t be afraid. America’s gone through tough times before: slavery and civil war, famine, disease, the Great Depression and 9/11. And each time we came out stronger, usually because a new generation, young people like you learned from past mistakes and figured out how to make things better.  Second, do what you think is right. Doing what feels good, what’s convenient, what’s easy that’s how little kids think. Unfortunately, a lot of so-called grown-ups, including some with fancy titles and important jobs, still think that way.  Which is why things are so screwed up. I hope that instead, you decide to ground yourself in values that last, like honesty, hard work, responsibility, fairness, generosity, respect for others. You won’t get it right every time, you’ll make mistakes like we all do.  But if you listen to the truth that’s inside yourself, even when it’s hard, even when it’s inconvenient, people will notice.  They’ll gravitate towards you. And you’ll be part of the solution instead of part of problem.  And finally, build a community. No one does big things by themselves. Right now, when people are scared, it’s easy to be cynical and say, let me just look out for myself, or my family, or people who look or think or pray like me. But if we’re going to get through these difficult times, if we’re gonna create a world where everybody has opportunity to finf a job and afford college, if we’re gonna save the environment and defeat future pandemic, then we’re gonna have to do it together. So be alive to one another’s struggles. Stand up for one another’s rights. Leave behind all the old ways of thinking that divide us sexism, racial prejudice, status, greed and set the world on a different path. 
Di tuliskan kembali oleh Tini Martini Tapran
Ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas (GSSI)

Sabtu, 02 Mei 2020

Ketahanan Pangan saat Pandemi covid-19



Makanan adalah salah satu kebutuhan paling di cari saat ini, apalagi di masa pandemic seperti ini.  Saat  beberapa kota/kabupaten mulai memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), bermunculan berita tentang keluarga-keluarga yang kelaparan meskipun akses makanan tak pernah di tutup.  Mulai terasa bahwa ketahanan pangan kita sangat perlu perhatian  padahal kita adalah negara agraris,  yaitu  negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.  
 
Ironinya, Indonesia adalah negara ke-dua terbanyak yang membuang makanan menjadi sampah.  Sampah makanan bisa di katagorikan menjadi dua macam, food loss dan food waste.  Food loss adalah hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok produsen dan pasar. Permasalahan food loss bisa diakibatkan oleh proses pra-panen seperti pangan tersebut tidak sesuai dengan mutu yang diinginkan pasar, permasalahan dalam penyimpanan, penanganan, pengemasan dari pangan tersebut sehingga produsen memutuskan untuk membuang pangan tersebut karena ditolak oleh pasar.. Food loss biasanya terjadi akibat tingkat produksi pangan yang tinggi namun  tidak diimbangi dengan teknologi yang memadai sehingga sebelum sampai ke tangan konsumen  pangan tersebut ada yang rusak dalam prosesnya maupun tidak sesuai dengan mutu yang diinginkan pasar. Sedangkan  food waste adalah  makanan yang dibuang padahal  makanan tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi,  namun jika mengacu pada definisi yang diberikan oleh FAO food waste berarti jumlah sampah yang dihasilkan pada saat proses pembuatan makanan maupun setelah kegiatan makan yang berhubungan dengan prilaku penjual dan konsumennya. 

Food waste bisa berasal dari rumah tangga ataupun dunia usaha, misalnya makanan yang masih bersisa di piring atau di meja makan lalu di buang atau makanan kadaluarsa di toko  atau supermarket. Data dari FAO, sepertiga makanan yang diproduksi manusia terbuang sia-sia,  padahal kita punya target dari point ke 12 SDGs (Sustainable Development Goals) mereduksi sisa makanan dan memastikan bahwa setiap orang sadar gaya hidup yang berkelanjutan secara harmonis dengan alam
Memasuki abad ke-21 dalam pengelolaan sampah kita mengenal resource management, artinya bagaimana kita menangani sumber daya yg kita buang dengan cara yg tidak 'mengurangi atau menghilangkan' nilainya bagi generasi masa depan? Atau yang lebih di kenal dengan Circular economy.  Sebelum benar-benar jadi sampah kita harus memastikan bahwa food waste   harus kita jaga dan kembalikan ke alam, maka food waste harus kita jadikan :
  1. Makanan orang, karena masih banyak orang yang kelaparan.  Jika sisa makanan kita masih layak makan maka berikanlah pada orang yang membutuhkan. 
  2.   Makanan hewan, jika ada hewan di sekitar kita maka berikanlah sisa makanan kita pada hewan yang bisa memakannya. 
  3.  Makanan tanah, kita memerlukan tanah subur tanpa polutan untuk menghasilkan makanan sehat agar masyarakatnya juga sehat.  Yaitu dengan berbagai teknik pengomposan seperti biopori, tong komposter, Takakura, pipe composter dan lain sebagainya



Jika food waste sudah benar-benar menjadi sampah makanan maka ada 4 tahap yang harus kita perhatikan yaitu
  1.   Pisahkan material organik sisa masak atau makan 
  2.   Kompos, yang pada prinsipnya adalah kembalikan  ke alam dengan berbagai cara
  3.   Manfaatkan sebagai  media tanam atau pupuk kompos
  4.  Tanam kembali, jika memungkinkan sisa makanan tersebut harus  kembali ke dapur dan menjadi konsumsi harian dengan cara di tanam kembali, sehingga tercapailah circular economy

Jika 4 langkah tersebut kita lakukan maka kita mendapat manfaat sbb:
  1. Mengurangi volume sampah yang sampai ke TPA
  2. Mengurangi biaya angkut ke TPS/TPA
  3. Memiliki nilai manfaat yang lebih tinggi dari pada sekedar sampah
  4. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
  5. Menghemat SDA
Satu hal yang sangat penting kita lakukan dalam mensikapi kebutuhan pangan kita adalah kurangi sedari awal kemungkinan makanan kita menjadi food waste dengan 3 langkah sederhana ambil secukupnya, makan dan habiskan makanan mu. 
Lalu apa yang bisa kita lakukan saat pandemic seperti ini untuk menguatkan ketahanan pangan masyarakat?  Mari kita mulai memanfaatkan lahan pekarangan dan mulai kreatif menanam sendiri beberapa sumber makanan kita di rumah mengurangi konsumsi daging, memilih sayur-buah lokal, memasak dengan benar, dan mengurangi sampah makanan. 

Tini Martini Tapran
ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas (GSSI)