cerita dimulai saat undangan itu datang dan membuat perjalanan kami di mulai dari X-Trans cihampelas Bandung, kami
berkumpul jam 20.00 karena kami akan ke bandara jam 20.30 WIB. Sebetulnya
karena pesawat kami akan boarding jam 06.25 maka kami punya cukup waktu jika
berangkat ke jakartanya jam 12 malam mungkin.
Dengan pertimbangan lain perjalanan ke Jakarta tak terduga maka kami
memberi waktu sekitar 7 jam menuju cek in.
Dan ternyata kami tiba di Bandara pukul 23.30 saja dan apakah yang
akan kita lakukan selama menunggu cek in? hufh waktu yang tidak sebentar untuk
nunggu dengan kondisi malam hari.
Akhirnya kami nongkrong di salah satu restaurant yang cukup nyaman
disana sambil makan sahur yang terlalu dini.
Tepat jam 03.30 kami cek in dan menyimpan bagasi kami sehingga kami
lebih leluasa untuk bergerak kesana kemari tanpa bawaan barang yang
banyak. Kami menunggu di ruang tunggu
Bandara sambil ngemil dan siap-siap shalat subuh. Setelah cek tiket dan melewati pemeriksaan
kabin yang bikin senyum-senyum bapak yang memeriksanya. Maklum ibu-ibu segala di bawa jadi penasaran
ingin melihat isi tasku.
Jam 06.25 WIB kami lepas landas menuju Kuala Lumpur. karena semalam
kami tidak tidur maka sepanjang perjalanan kami habiskan dengan tidur.
Sampai di Kuala lumpur kami langsung menuju tempat transit dan
menunggu saat terbang kembali menuju Ninoy Aquino International Airport Manila.
Kami sampai di Manila sekitar pukul 15.30 dan langsung antri membeli paket data di Bandara agar kami
tetap terhubung dengfan teman dan keluarga di Bandung, tentunya setelah
melewati imigrasi dan ambil bagasi terlebih dahulu. Penting sekali membeli paket data karena kami
harus tetap terhubung satu sama lain lewat WA dan media social lainnya.
Hari pertama tiba di Manila kami langsung di jemput menuju Quezon city
bersama teman dari Malaysia dan India
yang satu penerbangan dengan kami dari KL oleh Nica yang setia menjawab
pertanyaan kami sejak awal kami di undang untuk menghadiri zerowaste academy
ini. Kami langsung diantar ke tempat
penginapan kami di Pine crest condominium, setelah meletakkan koper dan barang
lainnya kami menuju mall sebelah penginapan kami untuk berbuka puasa dan disana
sudah menunggu kuya Froi sang tuan Rumah.
Froi memesan makanan yang banyak untuk kami, dia mengira jika kami tidak makan dari pagi alias puasa maka
kami akan bisa menghabiskan makanan yang banyak saat buka, wah ga gitu kali om.
Pengalaman berbuka puasa pertama di negri orang yang sungguh luar biasa.
Malam itu kami berbagi kamar dan tempat tidur, dari Indonesia kami
ber-empat. Sehingga memudahkan membagi
kamar, saya dengan Jessis, pak Pipin dengan Piki. Malam itu kami mandi dan
istirahat untuk persiapan esok hari karena hari ini kami sudah melewati hari
yang sangat panjang. Saat sahur tiba
kami makan makanan yang kami bawa dari restaurant semalam. Dengan beberapa buah kurma. Seru karena inilah saur petama kami di
philiphines
Hari pertama kami di
zerowaste academi ini di isi dengan sesi perkenalan program zerowaste dan
perkenalan komunitas. Saya kagum dengan
berbagai kominitas yang ada baik dari philipina maupun dari Malaysia dan india.
Peserta zerowaste academy ini adalah dari komunitas atau NGO partner
Mother Earth Fondation (MEF) yang
sama-sama akan mengaplikasikan program
serupa yang sudah berhasil MEF lakukan di kota San Fernando, saya sudah pernah
berkunjung ke kota tersebut bulan Januari yang lalu dalam rangka menghadiri
International zerowaste conference.
Program ecological solid waste management (ESWM) ini serentak dilakukan
di 4 negara yaitu philipina, india, Malaysia dan tentu saja Indonesia yang akan
di lakukan pilot project nya di kota cimahi, soreang dan 2 kelurahan di Bandung
( kelurahan babakan Sari dan kelurahan sukaluyu). Mengapa harus ESWM? Karena di
4 kota ini jenis sampahnya relative sama dengan jenis organic yang banyak,
tentu saja sangat memungkinkan untuk mengurangi tumpukan sampah di TPA. Untuk itulah kami ada di sini untuk belajar
dari MEF yang sudah malang melintang di duania persampahan ini selama 15
tahun.
Alhamdulillah kami di beri
zerowaste kit berupa gelas, piring, sendok dan sedotan untuk mengurangi sampah
Hari ke-2 kami melakukan Step
pertama. Setelah kami di bekali dengan materi bagaimana
melakukan green profiling/ green audit. Kami diminta untuk melakukan itu
keesokan harinya dengan mengunjungi beberapa baranggai untuk melakukan
wawancara dengan para kapten Barangay (lurah) dalam rangka mengisi Barangay
profile dan green profiling dari Barangay tersebut. Kelompok kami mendatangi 4 barangay dalam
setengah hari, kami bertanya dan melakukan wawancara sambal melihat data-data
yang ada di barangay tersebut, sore harinya kami diskusikan bersama apa
potensi, masalah dan saran untuk
barangay tersebut dari data-data yang kami punya. Intinya sih kami diminta untuk selalu
memberikan “general feedback on your experience”
Hal yang menjadi headline saya adalah, penting adanya kita bertanya
apa harapan dari kapten atau masyarakat di sana agar kita tahu apa program ini
sesuai dengan mimpi mereka
Hari ke-3 kami diminta untuk melakukan Solid Waste Practices And Perception Survey
di salah satu kawasan, masing-masing dari kami di minta untuk mempraktekan
langsung bagaimana cara menggunakan kobocollect sebagai tools survey. Banyak hal menarik disini, kami datang ke
beberapa rumah untuk bertanya dan kami mendapat beberapa respon baik positif
maupun negative. Survey ini sangat
berguna untuk bagaimana kita bisa memulai program ESWM di salah satu
kawasan. Menentukan apa kebutuhannya,
bagaimana caranya, butuh tenaga pengangkut berapa orang dan sarana dan
prasarana apa yang di butuhkan. Hal yang
menarik adalah bahwa jika kita datang dengan orang yang sudah dikenal oleh
masyarakat atau wakil dari kewilayahan petugas survey akan dapat dengan mudah
mendapatkan jawaban dari responden. Dan
wawancara sebaiknya dilakukan face to face agar dapat jawaban yang sejujurnya.
briefing persiapan green profiling pertama oleh Rap pada kami team Indonesia |
green profiling pertama kami dipandu oleh Rap, untuk selanjutnya harus melakukannya sendiri |
jessis sedang melakukan survey dengan aplikasi kobo di Hp nya |
Dengan aplikasi kobo maka data dapat cepat tersaji dan kita tidak
perlu menginput data karena langsung terinput begitu kita selesai
wawancara. Tampilan data yang ada bisa
kita jadikan dasar dari perencanaan selanjutnya. Misalnya berapa orang yang kira-kira mau
memilah sampah dari rumah, berapa kemampuan orang atau masyarakat membayar
sampah dll
Sebelum pulang kami di bekali dengan materi buat besok, yaitu WACS
(waste assessment and characterization survey) mengapa harus dilakukan dan
bagaimana cara melakukannya. Meskipun saya pernah ikut dalam WACS di RW 09
Sukaluyu Bandung Indonesia, tetapi tetap saja saya merasa exciting untuk
melakukannya esok hari. Terakhir kami
mengunjungi MRF Blue Ridge A yang sudah sangat rapi memilah sampahnya. Di pojokan
saya melihat sampah B3 terkumpul dengan rapi, misalnya lampu, batrerai dan
sampah sisa elektronik.
Aye hari ke-4 kami kembali
ke barangay Baritan again to WACS orientation for households and distribution
of material, kami di bagi kedalam 2 team dan Alhamdulillah kelompok kami
berhasil mengajak 12 rumah untuk berpartisipasi dalam WACS ini. Yang kami lakukan hari ini adalah
menyampaikan maksud kedatangan kami dan mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam memilahan sampah ini.
Tidak mudah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi diawal, educator
harus sabar menjelaskan maksud dan tujuannya, kadang diselingi oleh peserta non
pribumi dengan menggunakan Bahasa Inggris namun selebihnya menggunakan Bahasa Tagalog. Seru karena ternyata banyak kesamaan kata
dengan yang biasa kami gunakan di Indonesia walaupun lain makna.
Jika masyarakatnya sudah menyetujui akan ikut program maka kami akan
berikan ember, satu karung transparan
dan 4 karung semen dengan pembagian masing-masing. Ember untuk sampah sisa makanan (left over
food), karung barang untuk recyclable yang mungkin di jual atau di daur ulang,
karung semen untuk sampah sapuan halaman ( Garden waste) artinya daun-daun yang
jatuh di halaman atau sampah organic keras seperti bonggol jagung, kulit duren,
biji nangka dll, satu karung semen untuk special waste yaitu sanitary napkin,
popok bayi dan tissue, satu karung semen untuk hazardous (B3) misalnya baterai,
stryrofoam, sampah elektronik dll, satu kantong semen lagi untuk residual waste seperti sachet atau kemasan makanan
dll.
Kegiatan hari ini diawali dengan sambutan dari Barangay Kapten alias
lurahnya klo di Indonesia, dilanjutkan dengan briefing oleh Rap lalu
dilanjutkan dengan rutinitas yaitu photo bersama sebelum akhirnya kami menyebar
ke rumah-rumah penduduk.
Tiap rumah yang mendapat penjelasan dari kami dan setuju untuk memilah maka kami pinjamkan
tempat pemilahannya dan kemudian kami minta kepala keluarga tersebut untuk
menandatangani pernyataan kesanggupan memilah selama 8 hari untuk keperluan
WACS ini. Pemilihan rumahnya harusnya menggunakan rumus sampling interval, yaitu
jumlah populasi di bagi ukuran sample (yang kami pilih 50) jadi kemarin jika
kami taat pada aturan maka kami harus mengajak masyarakat memilah dengan aturan
setiap 204 rumah, tetapi Rap sang juru acara kami menggunakan metoda draw lots
artinya kami ambil angka acak dan ternyata terpilihlah angka 8. Jadi setiap melewati 8 rumah baru kami bisa
mengajaknya berpartisipasi. Walau Malabon
City sangat panas tapi kami tetap semangat mendatangi rumah demi rumah.
Adakalanya kami di tolak tetapi tidak menyurutkan semangat kami. Seru,
menantang dan cape he he he.
Siang itu sangat panas dan kami sampai di city hall Malabon untuk
refleksi dan pembekalan apa yang akan kami lakukan di hari ke-5. Tetapi
sebelumnya kami diberi pengetahuan tentang waste to energy orientation for ESWM
training. Alhamdulillah kami sudah
selesai melakukan step 1 dan ini perlu untuk dirayakan Alhamdulillah. Hari ke-5
kami akan ke barangay muzon untuk melihat proses 2 yaitu multi sectoral
consultation dan training.
Hari ke-5 kami sampai di
barangay Muzon lebih cepat dan kami langsung masuk ke aula kelurahan nya untuk
bergabung bersama masyarakat disana.
Hari ini peran kami hanya sebagai observer saja saat mereka melakukan
orientasi di step 2, yaitu multi sectoral Consulting dan training. Aula kelurahan yang kebanyakan sama dengan
apa yang ada di bnandung penuh sesak oleh audience dari berbagai kalangan
diantaranya: kakawad/counselor nya barangay, home owner assiation, womens group
(lamun di kitamah PKKnya kali) senior citizen (tokoh masyarakat) NGO food for
hungry dan lain-lain. Dimulai dengan
perkenalan dan penjelasan tentang mengapa sampah menjadi masalah dan dasar
hokum mengapa kita harus melakukan ini juga dijelaskan tentang peran
masing-masih sesuai dengan kapasitas dan tugasnya seperti indifidu, masyarakat,
kewilayahan, kota, provinsi, nasional dan penghuni bumi ini. Banyak hal yang menarik disini. Satu diantara
nya adalah semacam ten commandementnya philiphines yaitu :
- Kapitan is star, lurah adalah bintang, maksudnya lurah the kudu jadi panutan masyarakat
- Reduce your waste, kurangi sampahmu, sama dengan di Bandung Kang PisMan (kurangi pisahkan manfaatkan sampah)
- Segregate your waste, diberlakukan No segregation no collection artinya kalua sampahnya tidak terpilah maka ga akan diangkut loh
- Dan jika sudah dipilah maka collector ga boleh mencapurkannya kembali
- Tutup dumpsite besar ataupun kecil, artinya sudah tidak lagi diperbolehkan menumpuk sampah begitu saja besar ataupunkecil.
- No burning, artinya skala besar ataupun kecil sudah ga boleh lagi ada pembakaran sampah.
- Jangan gantung sampahmu, artinya sampah dari rumah atau dari sumber harus dipastikan di berikan pada collectorsehingga bisa di control dengan mudah saat tidak terpilah maka akan dikembalikan.
- Pisahkan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
- Bangun MRF (material recovery facility) di kawasan minimal satu barangay satu MRF
- Peran serta masyarakat, artinya setiap orang bertanggung jawab atas program ini dan semua adalah agen perubahan.
Hal menarik dari pemaparan Froi dalah
pertanyaan pada audience : “ apakah kamu
suka sampah?” mereka jawan nooooooo, lalu Froi tanggapi dengan ringan kenapa
kamu masih menghasilkan sampah atuh? Ha ha ha Froi juga menerangkan tentang bagaimana
mengolah sampah yang sudah terpilah terutama sampah organic yang tidak terolah
oleh binatang peliharaan mereka.
Diakhiri dengan pertanyaan siapa yang
mau jadi volunteer dalam program ini? Saya kira ini bagian yang terpenting
kenapa karena sebagus apapun programnya tentu saja tidak akan berjalan tanpa
adanya dukungan dari kader/ penggerak
local, jadi makin banyak peran serta masyarakat makin baguslah jalan
program nya. Semangat yuk ah. Hal yang penting juga diakhir adalah
presentasi di setiap pertemuan warga jadi froi bertanya kapan, dimana dan siapa yang memerlukan presentasi ini?
Silahkan hubungi staff mother earth foundation maka mereka akan datang.
Setelah sesi makan siang kami kembali ke
city hall nya kota Malabon dan mendapat penjelasan dari Ate Merci dari Dumagete
tentang health care waste, Merci menjelaskan tentang komposisi dan bagaimana
cara mengolah sampah dari fasilitas kesehatan yang ada dan bagai mana mereka
mengolahnya selama ini. Menarik sekali penjelasannya dan sangat penting
sebenarnya buat kota sehingga sampah infectious kita bisa tertangani dengan
baik.
Jika ingin tahu lebih banyak silahkan
buka www.medwastealternative.org
, healt care without harm juga www.noharm.org
dan
Setelah Merci dilanjut oleh Theeban
wakil dari Malaysia yaitu tentang Chemical free
urban farming. Kami diajarkan
bagaimana membuat pupuk dan bioaktivator untuk berbagai tanaman. Saya coba tuliskan ya :
Growth promoter / fish amino acid di
buat dari satu kilogram sfish waste segar/ daleman ikan. Ditambahkan gula atau molasses 1,5 kg. jangan pake air dan di aduk setiap arah 40
kali jangan bolak balik tapi satu arah 4o kali ya selama 10 hari dan ini hanya
bisa kita gunakan selama 7 bulan sejak dibuat jangan lebih. Jika sudah lebih maka dia kadaluarsa. Untuk penyimpanan silahkan masukkan kedalam
botol tapi jangan paten tutupnya karena akan menghasilkan gas, nanti meledak..
untuk penggunaan ke tanaman 40ml ditambahkan air 10 liter dan semprotkan
langsung ke tanamannya tetapi jangan digunakan untuk pembibitan.
Theeban pun mengajarkan kami tentang
Panca kavya, egg lime solution, farmers EM dan pestisida peppelent.
Akhir sesi seperti biasa kami di brief
untuk keesokan hari nya, eh besok mah libur karena hari Minggu jadi untuk Senin. Kami akan pergi ke barangay Baritan untuk mengerjakan WACS yaitu ikut ke
rumah-rumah warga yang jum’at kemarin kami berikan wadahnya, kami datang untuk
mengambil sampah yang sudah terpilah dan melihat apakah warga sudah benar
memilahnya dan berapa banyak timbulan sampahnya sehingga sampling ini bisa kami
olah dan gunakan untuk menghitung berapa banyak sampah yang harus kami olah
jika kami mengimplementasikan program ini pada seluruh masyarakat satu kelurahan.
Kemudian kami akan pergi ke Barangay Muzon untuk melihat proses action plan
mereka diakhiri dengan sesi di Malabon City Hall. Selamat berlibur.
Hari minggu adalah hari libur dan saya berencana akan tidur siang,
tetapi setelah saur saya ternyata tidak bisa tidur lagi karena kebiasaan tidak
tidur lagi jadinya saya menggarap bahan presentasi saya untuk hari senin. Saya akan presentasi tentang bagaimana biopori
yang kami jadikan sebagai salah satu cara mengolah sampah organic di KBS di Bandung. Siangnya kami anter pak Pipin mencari
oleh-oleh untuk teman-temannya, Nica menyarankan kami pergi ke Araneta Center
Cubao dan akhirnya kami pergi kesana tetapi
yang dicari ga ada, akhirnya kami pergi ke Tiendesitas tempat kami dulu
(januari 2017saat international
zerowaste conference ) belanja barang yang sama. Kami sampai rumah jam 17.00 dan setelah saya
shalat saya masak pancake untuk kami ber-4 .
hari ini saya tidur cepat karena esok harinya kami akan lebih awal
mulainya.
Hari ke- 8 di Philipina dan hari
ke-6 workshop kami mulai lebih awal karena akan melakukan WACS di barangay Baritan,
kami keliling bersama collector sampah untuk mengambil sampah yang sudah
terpilah 6 macam, prosesnya adalah kami mendatangi rumah warga yang sebelumnya
sudah menandatangani pernyataan dan memulai pemilahan sejak sabtu ,
tanggal 3 Juni jadi hari ini adalah hari
ke-3. Sampah yang sudah terpilah kami
timbang masing-masing dan kami catat
beratnya untuk tahu timbulan sampah yang sesungguhnya. Ada beberapa rumah yang pemilahannya belum
tepat sehingga kami harus melakukan edukasi kembali, ini adalah proses yang
harus dijalankan. Kemudian setelah
selesai maka sampahnya di kumpulkan kemudian di rapihkan, di tuliskan sampah
hari ke-3 kemudian di simpan di dalam gudang untuk di pilah kemudian menjadi 30
macam. Itu akan di lakukan oleh Ate Gara
dan teman-temannya dari mother earth foundation.
Setelah itu kami bergerak ke barangay Muzon. Kami di kenalkan dengan bagaimana Action Plan of ecological solid waste management dibuat
bersama barangay kapten dan perangkatnya, siapa saja yang terlibat, apa saja
yang harus ada dll. Action plan berisi
tentang kapan kegiatan dimulai, kapan diakhiri, berapa biaya yang harus di
kerjakan, dari mana sumber pendanaannya, siapa target sasarannya dan siapa yang
bertanggungjawab dan mengerjakannya. Adapun hal-hal yang ada dalam action plan
tersebut adalah ; information and education, engineering and systems,
institutionalization and enforcement,
enterprenership and livelihood,
implementation and related activities.
Barangay kapten Muzon sangat ramah dan menjawab setiap pertanyaan dengan
baik juga para kagawad, concelor dan anggota commite nya. Multi sectoral yang
harus ada yaitu, members womens’s organization, youth rep, petugas kebersihan
dan penganngkut sampah, pemilik lapak, pelaku bisnis, kepala pasar, sekolah,
tokoh masyarakat dll.
Setelah makan siang kami pergi ke rumah chairman nya Mother Earth
Foundation. Sesi kelas kali ini berada
di rumahnya Tita Sonia karena malam ini akan ada sesi makan malam bersama
sehingga kami tidak perlu pindah tempat. Tak lupa kami photo-photo karena kami
team Indonesia menggunakan baju yang sama yaitu baju biopori.
Sesi ini adalah sesi pengolahan sampah organik dan kami mendapat pencerahan tentang materi pengolahan sampah organik dari Froi sbb :
Jadi intinya kita sebelum menjadikan sampah maka sisa makanan kita
(left over food) harus kita manfaatkan sebelum akhirnya benar-benar menjadi
sampah. Berikanlah kepada orang yang
membutuhkan, beri makan binatang sebelum akhirnya di kompos.
Setelah itu pada saat sesi sharing peserta workshop kami team
Indonesia di wakili saya dan Jessis menerangkan tentang bagaimana biopori bisa
menyelesaikan masalah banjir, kesuburan tanah dan mengolah sampah organik. Presentasi saya base on practice. Saya menggunakan cibunut sebagai contoh yang
sudah menggunakannya karena Froi sudah pernah berkunjung jadi sangat mudah
baginya memahami dan menambahkan penjelasan nya. Alhamdulillah sesi sharing berjalan dengan
baik dan cukup menginspirasi peserta lain.
sharing tentang bagaimana biopori menjadi salah satu pilihan cara menyelesaikan permasalahan sampah organik di Cibunut dan maleer |
Sebelum break snack sore kami diajak main games dan keluarlah berbagai
alternative pengolahan sampah organic yang banyak, seru karena kami jadi tahu
bahwa disemua negara di belahan bumi manapun orang sudah melakukan upaya
pengolahan sampah organic agar terurai kembali dan kembali lagi ke alam. Dan kami pun mendapat tugas untuk bisa
mewujudkan apa yang kami sarankan untuk pengolahan sampah organic untuk MRF Bonifacio
esok hari. Setelah team kami berdiskusi
diputuskanlah Takakura sebagai pilihan kami.
Kami meminta Nica fasilitator kami untuk memnyiapkan semua bahan yang
kami perlukan dan akhirnya sesi workshop hari ini berakhir dengan
keseruan. Makan malam akan di mulai
pukul 18.30 menyesuaikan dengan azan maghrib di Quezon city. Selama menunggu
waktu makan malam Theeban memberikan pengetahuan tentang kegunaan tanaman yang
ada di kebun nya Tita Sonia . Jadi waktu antara sesi dan makan malam kami gunakan untuk saling berinteraksi dan
berbagi cerita sambil foto-foto tentunya. Kami makan malam bersama para board
nya MEF diawali dengan do’a dan perkenalan peserta makan malam dan diakhiri
dengan sesi foto bersama.
Hari ke-7 workshop kami
pergi ke barangay panghulo untuk melakukan door to door education. Kami di bagi
menjadi 3 group dan masing-masing group di bagi menjadi 3 kelompok. Awalnya ate Gara mencontohkan pada kami
bagaimana ate gara melakukan edukasi ke salah satu rumah di jalan itu dan
akhirnya kami di pecah saya kebagian ikut ate gara bersama Muky dari Thailand
untuk keliling. Seru dan menarik walaupun hari itu cuaca sangat panas. Setelah selesai keliling saya bertanya pada
Ate Gara apa boleh saya mencoba naik pedicab pulang ke barangainya? Ate
Gara membolehkan dan akhirnya saya naik bersama Muky pulang ke barangay. Seru ya
saya dan Muki dari Thailand naik pedicab |
briefing |
door to door education |
Setelah sesi makan siang kita kembali ke Malabon City Hall untuk
mendapat penjelasan dari teman teman tentang pengolahan sampah organic. Denagn
urutan seperti ini
1.
Rice Hull Composting box dipaparkan oleh Marito
dari Tackloban
2.
Balck Soldier Fly dipaparkan oleh Piki dari
Indonesia
3.
Solar Composter For Organic Solid Waste
Management dipaparkan oleh Darwin dari India
4.
Domestic Unit dipaparkan oleh Suseela dari
Malaysia
5.
4 Tank System dipaparkan oleh Theeban dari Malaysia
6.
Bata Terawang dipaparkan oleh Jessis dari
Indonesia
Dan selalu diakhiri dengan briefing untuk keesokan harinya dan kami
akan pergi agak jauh menuju MRF bonifacio maka kami diminta untuk persiapan
alatnya
Hari ke-8 kami pergi ke MRF
bonifacio di kota Tagig, kami di beri
penjelasan tentang bagaimana barangay ini melakukan inovasi pengelolaan
sampahnya sampai jadi juara terbaik se metro Manila sebagai kelurahan terbaik
dalam bidang Ecological Solid Waste Management (EAWM). Kami bertemu barangay kapten beserta para
kagawadnya (counselor dan commite nya). Kapten bercerita bahwa saat mulai
kegiatan ESWM ini dirinya masih jadi kagawad di bidang lingkungan dan karena
sukses menjadikan kelurahan nya terbaik maka dirinya bisa menjadi kapten. Perlu sekitar satu tahun untuk bisa sampai
pada hal ini. Kunci keberhasilannya adalah setiap pertemuan dengan masyarakat
di diskusikan dan setiap saat setiap ada kesempatan langsung berinteraksi
dengan masyarakat karena masyarakat perlu edukasi dan pengarahan yang benar dan
jelas. Dua minggu sekali para counselor dan comite ini
melakukan pertemuan rutin untuk selaku mengkoordinasikan dan mencari cara
terbaik yang bisa membuat masyakat mau memilah sampah dan mengolahnya secara
mandiri juga membuat masyarakat sadar akan hidup bersih dan sehat dan mau
memelihara kegiatan ini sesara terus menerus. mereka melakukan sosialisasi
pemilahan sampah secara terus menerus setiap hari ke masyarakat sebulan penuh
kuncinya sih Katanya “working together” artinya perlu kerjasama yang baik dari
berbagai pihak untuk mewujudkan ini dan yang terpenting juga adalah
kepemimpinan dari kewilayahan, karena kewilayahan di bantu banyak pihak harus
melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala sehingga program berjalan
secara terus menerus. Mungkin awalnya
akan sangat berat tetapi jika sudah
berjalan efektif semakin ringan dan semua sudah mengikuti aturan, tentu saja
peran kelurahan/barangay menjadi sangat penting saat penalty/penegakkan aturan.
botol kaca di gunakan sebagai pemanis taman |
salah satu cara pengomposan hasil dari studi bandiing di India |
Mereka juga membuat tegel dari campuran semen dan potongan plastic,
dengan perbandingan I sak semen ditambah dengan 1-2 kg plastic, jadi jalan
setapak yang ada di sini di buat dari campuran plastic tersebut.
Ini adalah kunjungan kedua saya ke MRF Bonifacio, yang pertama saat
zerowaste international conference dan
ternyata sudah ada hal baru yang saya temui disini yaitu model pengomposan yang
mereka adopsi dari India. Rencananya
Bonifacio akan menjadi tempat pusat
belajar pengolahan sampah organic
di Manila, sehingga kali ini kita akan
buat 3 model baru pengomposan.
Setelah itu kami mengecek alat dan bahan yang kami pesan untuk kami
buat masing-masing kelompok. Setelah sesi
makan siang nanti kami akan mempresentasikan
apa yang ingin kami bagikan kepada teman-teman di bonifacio sebagai alternative
dari pengolahan sampah organic.
Sementara yang lain makan siang kami 3 orang dari Indonesia biasanya
cari tempat shalat dan beruntung hari ini kami berkesempatan mencoba moda
transportasi asli philipina yaitu jeepney dan pedicab. Dan beruntung kami di beri kesempatan shalat
di ruang kelas Daycare semacam PAUD
kalua di kita mah. Cukup mengobati rasa rindu mengajar hihihi dan
salut untuk guru-guru disana yang mengatur kelas dengan berbagai media
pembelajaran.
Team satu mempresentasikan vermi compost yang cara pembuatannya sbb,
lapisan pertama batu sekitar 1 inci, lapisan kedua pasir juga 1 inci lapisan ke
tiga tanah juga satu inci dan lapisan terakir kompos sampai kira-kira agak
penuh. Masukkan beberapa cacing dan
bikin tetesan air diatasnya tutup dengan kain.
Oh ya tempatnya harus yang ada lubangnya atau kerannya untuk mengambil
air yang dihasilkan. Keuntungannya ada 2
yaitu mengolah sampah organic dan mendapatkan pupuk cair .
Team ke dua yaitu team kami dari Indonesia memperagakan tatacara
pembuatan Takakura, yaitu dari campuran dedak, kompos dan sekam juga air gula.
Saya kebagian menjahit bantalan sekam bersama pak Pipin, piki dan jessis mempersiapkan
starter kit Takakura kami. Kami
membuat AM4 alami yaitu dari campuran air gula dan tanah sekitar yang bisa
digunakan untuk pupuk ataupun bioaktivator.
Team tiga alat dan bahannya terpaksa di simpan dulu karena ternyata
tukang yang mereka pesan tidak datang, sehingga mereka menyederhanakannya
dengan pemisalan. Mereka menerangkan
tentang box composting yang konsep dasarnya adalah membuat box ukuran 1 m x 1 m
x1 m . lapisi sengan bamboo tetapi bawahnya tanah, masukkan sampah daun
kemudian sampah sisa makanan lalu tanah, begitu selanjutnya sampai penuh,
setelah itu baru ditutup dan sesekali di cek kelembabannya.
Dan sesi di tutup dengan refleksi kemudian pulang ke penginapan
masing-masing.
Hari ke-9 kami ke barangay
ibaba yang sedang melakukan dry run, artinya mereka sedang uji coba
memberlakukan pemilahan sampah di kawasan tersebut. Ini hari ke-3 mereka melakukan dry run dan masih
terdapat beberapa masyarakat yang mencampur sampahnya. Ini masih di toleransi
karena ini semacam latihan untuk warga agar saat implementasi nanti sudah
lihai. Banyak hal yang saya lihat dari
barangay ini. Salah satunya adalah
semangat dari kapten dan kagawadnya, itu
merupakan moodbooster buat para volunteer nya.
Oh ya di tiap barangay/kelurahan ada woman organization nya yang sering
kali di sebut dengan ladies, kayanya klo di kelurahan kita mah PKK dan sejenisnya. Mereka yang biasanya
jadi volunteer membantu kita ke lapangan.
Dan sama seperti di kita juga bahwa ada semacam posyandu dan
paudnya. Di Ibaba ini kawasan yang
sering tergenang air kala hujan tiba.
kalau tidak terpilah maka yang punya rumah atau penanggungjawabnya langsung di minta untuk memilah saat itu juga |
Setelah istirahat siang, di
sesi sore kami di beri penjelasan tentang dumaguete oleh Tita Merci Ferrer. Tempat yang sangat indah namun sekarang
menjadi sangat kotor oleh sampah dan akan di coba menduplikasi san
Fernando.
Kemuadian kami di beri penjelasan tentang WACS dan tujuan dari WACS
itu sendiri. WACS (waste assessment
charactization studies) tujuannya adalah untuk
1.
mengetahui berapa besar MRF yang dibutuhkan
2.
apa jenis komposter yang tepat serta berapa
besar lahan yang dibutuhkan.
3.
Berapa kali pengangkutan dalam seminggu
4.
Berapa banyak kolektor/pengangkut sampah yang di butuhkan
5.
Berapa banyak budget yang perlu disiapkan
6.
Berapa banyak penghematan yang kita dapatkan.
Hari ke 10 kami pergi ke
barangay Florest untuk melihat bagaimana mereka mengimplementasikan (full
implantation) dan kami melihat sesuatu yang membuat kami harus mengapresiasinya
yaitu dari semua barangay yang sudah kami datangi baru saat itulah kami melihat
full team yaitu barangay kaptennya ada lengkap beserta sekretaris dan
perangkatnya para kagawadnya juga hadir
juga ladies nya sebagai volunteer nya banyak. Subhanallah kami yakin mereka
akan bisa mengimplementasikan program ini dengan baik. Walaupun di sini masih ada beberapa warga
yang belum sepenuhnya memilah sampah namun kita bisa lihat bahwa penegakkan
aturan sudah di berlakukan. Kami melihat
ada warga yang masih memberuikan sampah tercampurnya dan harus dipilah sendiri
di hadapan petugas sampah di saksikan oleh para volunteer dari kelurahan. Ada warga yang tidak sesuai pemilahannya kena
tegur langsung dari kelurahannya.
subhanallah semua stakeholder di barangay Flores ini guyub datang |
Setelah itu kami pergi ke san Fernando kota yang sudah
mengimplementasikan program ESWM ini secara full juga pengurangan plasyik
nya. Saya untuk kedua kalinya berada di
city hall kota ini dan di sambut dengan ramah oleh Ate Anel sang kepala
dinas lingkungan hidupnya. Disana kami di beri penjelasan tentang
bagaimana kota ini mulai dan memonitor program ini dan bagaimana aturan di
tegakkan.
Mereka punya banyak cara dan program untuk membuat kotanya bisa menjalankan
program ESWM ini berserta plastic bang nya, diantaranya lewat;
1.
Poster
2.
Facebook
3.
Reality games di TV local
4.
Radio Dan berbagai media campaign yang lainnya.
5.
Youth camp rutin
6.
Jingle completion lagu bertemakan lingkungan
hidup
7.
Ecobag painting contest dll
Kami di bawa ke super market dan disana ternyata memang sudah
menjalankan aturan nya yaitu ga ada kresek serta menyediakan tempat sampah
terpilah juga ada tempat sampah khusus AMDK, kami pun pergi ke pasar
tradisional yang disana tak adalagi krese hanya plastic yang diperbolehkan saja
yang ada disana yaitu yang bening dan terbuat dari lutut sapi. Setelah saya observasi Tanya-tanya ke
pedagang memang disana sudah tidak ada yang menggunakan kresek untuk
belanja. Tapi ate anel mengatakan bahwa
belia hanya bisa memberlakukan ini di took-toko besar dulku belum sampai ke sari-sari
store ( warung dan toko kecil) tetapi bertahap.
supermarket di San Fernando yang tidak lagi menggunakan kantong kresek/plastik |
ketemu bunda juara yang sedang belanja tanpa kresek |
Hari ke-11 kami pergi ke barangay
Baritan again untuk melakukan WASC kembali, kami melakukan pengukuran,
penghitungan dan memisahan sampah yang dikumpulkan selama 8 hari agar kami tahu
yang sesungguhnya apa saja jenis sampah yang ada di kawasan itu dan berapa
banyak. Hari ini kami dapat bonus karena
ternyata kami selesai berkegiatan jam 13.30 Alhamdulillah.
Tetapi ternyata kami sebagian besar tidak ingin pulang cepat jadinya kami berkumpoul dulu di kantornya GAIA bersama teman-teman yang lain, kami ngobrol ngalor ngidul dan ternyata sampai waktu buka tiba, Alhamdulillah setelah makan malam kami bubar. Besoknya kami libur karena kami harus siap-siap pergi ke batangas untuk Graduation Day.
Tetapi ternyata kami sebagian besar tidak ingin pulang cepat jadinya kami berkumpoul dulu di kantornya GAIA bersama teman-teman yang lain, kami ngobrol ngalor ngidul dan ternyata sampai waktu buka tiba, Alhamdulillah setelah makan malam kami bubar. Besoknya kami libur karena kami harus siap-siap pergi ke batangas untuk Graduation Day.
hobby ku selama disana memandang sunrise dan sunset dari balkon kamarku di lantai 15 |
Di shercon kami di minta untuk menggunakan pakaian tradisional dan
menampilkan budaya masing-masing, di mulai dari team MEF dan dilanjutkan dengan
tampilan GAIA, lalu dari Takloban dkk
lalu Indonesia dan Malaysia. Kami
menampilkan lagu “manuk Dadali” dengan tarian ketuk tilu. Malam itu kami merasa bahagia akan
kebersamaan kami dan akhirnya sayapun tertidur lelap.
Hal yang paling terkesan dari zerowaste academy ini adalah kami semua
seperti layaknya teman lama yang akrab satu sama lain, teman-teman sangat
hangat sehingga saya merasa seperti
dirumah sendiri. Hal yang paling saya
suka dari kegiatan ini adalah kami belajar secara learning by doing sehingga
buat saya sangat jelas bagaimana cara melakukannya, walaupun kami bertiga dalam
keadaan puasa tapi Alhamdulillah kami semangat dan tidak mengeluh. Cuaca di Metro Manila saat itu memang sedang
panas panasnya yang paling dirasa berat adalah rasa haus apalagi disekeliling
kami semua orang-orang yang tidak berpuasa, namun tentu saja tidak menyurutkan
tekad kami karena kami tahu ini hanyalah godaan sesaat. Alhamdulillah selama di sana kami bertiga
selalu puasa full walau panas menghadang.
meja kerjaku selama zerowaste academy |
mencoba makanan khas |
hallo hallo minuman favorite ku selama disini |
aku pasti akan kangen dengan suara kereta api yang selalu ;lewat disini |
Hal lain yang saya suka dari philipina adalah jeepney kendaraan khasnya yang subhanallah dihias
dengan sangat kreatif. Dan tak lupa
bahwa selama saya menginap di condominium pinecrest pemandangan yang indah
selalu saya nikmati dari balkon kamar kami di lantai 15. Senang sekali memangdang sunset dan
sunrisenya. Dari balkon itu saya selalu
takjub dengan keindahan kota dan langitnya.
Tujuh belas hari saja di philipinas membuat kami berat hati untuk
berpisah, selamat berjuang semuanya.