Kamis, 29 Juni 2017

Perjalanan Zerowaste Academy 29 Mei -14 Juni 2017



cerita dimulai saat undangan itu datang dan membuat perjalanan kami di mulai dari X-Trans cihampelas Bandung, kami berkumpul jam 20.00 karena kami akan ke bandara jam 20.30 WIB. Sebetulnya karena pesawat kami akan boarding jam 06.25 maka kami punya cukup waktu jika berangkat ke jakartanya jam 12 malam mungkin.  Dengan pertimbangan lain perjalanan ke Jakarta tak terduga maka kami memberi waktu sekitar 7 jam menuju cek in. 
Dan ternyata kami tiba di Bandara pukul 23.30 saja dan apakah yang akan kita lakukan selama menunggu cek in? hufh waktu yang tidak sebentar untuk nunggu dengan kondisi malam hari.  Akhirnya kami nongkrong di salah satu restaurant yang cukup nyaman disana sambil makan sahur yang terlalu dini.

Tepat jam 03.30 kami cek in dan menyimpan bagasi kami sehingga kami lebih leluasa untuk bergerak kesana kemari tanpa bawaan barang yang banyak.  Kami menunggu di ruang tunggu Bandara sambil ngemil dan siap-siap shalat subuh.  Setelah cek tiket dan melewati pemeriksaan kabin yang bikin senyum-senyum bapak yang memeriksanya.  Maklum ibu-ibu segala di bawa jadi penasaran ingin  melihat isi tasku. 
Jam 06.25 WIB kami lepas landas menuju Kuala Lumpur. karena semalam kami tidak tidur maka sepanjang perjalanan kami habiskan dengan tidur.
Sampai di Kuala lumpur kami langsung menuju tempat transit dan menunggu saat terbang kembali menuju Ninoy Aquino International Airport Manila.
Kami sampai di Manila sekitar pukul 15.30 dan langsung  antri membeli paket data di Bandara agar kami tetap terhubung dengfan teman dan keluarga di Bandung, tentunya setelah melewati imigrasi dan ambil bagasi terlebih dahulu.  Penting sekali membeli paket data karena kami harus tetap terhubung satu sama lain lewat WA dan media social lainnya.
 
Hari pertama tiba di Manila kami langsung di jemput menuju Quezon city bersama  teman dari Malaysia dan India yang satu penerbangan dengan kami dari KL oleh Nica yang setia menjawab pertanyaan kami sejak awal kami di undang untuk menghadiri zerowaste academy ini.  Kami langsung diantar ke tempat penginapan kami di Pine crest condominium, setelah meletakkan koper dan barang lainnya kami menuju mall sebelah penginapan kami untuk berbuka puasa dan disana sudah menunggu kuya Froi sang tuan Rumah.  Froi memesan makanan yang banyak untuk kami, dia mengira jika  kami tidak makan dari pagi alias puasa maka kami akan bisa menghabiskan makanan yang banyak saat buka, wah ga gitu kali om. Pengalaman berbuka puasa pertama di negri orang yang sungguh luar biasa.


Jessis teman sekamarku selama 17 hari
Malam itu kami berbagi kamar dan tempat tidur, dari Indonesia kami ber-empat.  Sehingga memudahkan membagi kamar, saya dengan Jessis, pak Pipin dengan Piki. Malam itu kami mandi dan istirahat untuk persiapan esok hari karena hari ini kami sudah melewati hari yang sangat panjang.  Saat sahur tiba kami makan makanan yang kami bawa dari restaurant semalam.  Dengan beberapa buah kurma.  Seru karena inilah saur petama kami di philiphines

Hari pertama kami di zerowaste academi ini di isi dengan sesi perkenalan program zerowaste dan perkenalan komunitas.  Saya kagum dengan berbagai kominitas yang ada baik dari philipina maupun dari Malaysia  dan india.  Peserta zerowaste academy ini adalah dari komunitas atau NGO partner Mother Earth Fondation (MEF)  yang sama-sama akan  mengaplikasikan program serupa yang sudah berhasil MEF lakukan di kota San Fernando, saya sudah pernah berkunjung ke kota tersebut bulan Januari yang lalu dalam rangka menghadiri International zerowaste conference.  Program ecological solid waste management (ESWM) ini serentak dilakukan di 4 negara yaitu philipina, india, Malaysia dan tentu saja Indonesia yang akan di lakukan pilot project nya di kota cimahi, soreang dan 2 kelurahan di Bandung ( kelurahan babakan Sari dan kelurahan sukaluyu). Mengapa harus ESWM? Karena di 4 kota ini jenis sampahnya relative sama dengan jenis organic yang banyak, tentu saja sangat memungkinkan untuk mengurangi tumpukan sampah di TPA.  Untuk itulah kami ada di sini untuk belajar dari MEF yang sudah malang melintang di duania persampahan ini selama 15 tahun. 
 Alhamdulillah kami di beri zerowaste kit berupa gelas, piring, sendok dan sedotan untuk mengurangi sampah


Hari ke-2 kami melakukan Step pertama.   Setelah kami di bekali dengan materi bagaimana melakukan green profiling/ green audit. Kami diminta untuk melakukan itu keesokan harinya dengan mengunjungi beberapa baranggai untuk melakukan wawancara dengan para kapten Barangay (lurah) dalam rangka mengisi Barangay profile dan green profiling dari Barangay tersebut.  Kelompok kami mendatangi 4 barangay dalam setengah hari, kami bertanya dan melakukan wawancara sambal melihat data-data yang ada di barangay tersebut, sore harinya kami diskusikan bersama apa potensi, masalah dan saran untuk  barangay tersebut dari data-data yang kami punya.  Intinya sih kami diminta untuk selalu memberikan “general feedback on your experience”
Hal yang menjadi headline saya adalah, penting adanya kita bertanya apa harapan dari kapten atau masyarakat di sana agar kita tahu apa program ini sesuai dengan mimpi mereka
briefing persiapan green profiling pertama oleh Rap pada kami team Indonesia


green profiling pertama kami dipandu oleh Rap, untuk selanjutnya harus melakukannya sendiri
 Hari ke-3  kami diminta untuk melakukan Solid Waste Practices And Perception Survey di salah satu kawasan, masing-masing dari kami di minta untuk mempraktekan langsung bagaimana cara menggunakan kobocollect sebagai tools survey.  Banyak hal menarik disini, kami datang ke beberapa rumah untuk bertanya dan kami mendapat beberapa respon baik positif maupun negative.  Survey ini sangat berguna untuk bagaimana kita bisa memulai program ESWM di salah satu kawasan.  Menentukan apa kebutuhannya, bagaimana caranya, butuh tenaga pengangkut berapa orang dan sarana dan prasarana apa yang di butuhkan.  Hal yang menarik adalah bahwa jika kita datang dengan orang yang sudah dikenal oleh masyarakat atau wakil dari kewilayahan petugas survey akan dapat dengan mudah mendapatkan jawaban dari responden.  Dan wawancara sebaiknya dilakukan face to face agar dapat jawaban yang sejujurnya.
jessis sedang melakukan survey dengan aplikasi kobo di Hp nya
Dengan aplikasi kobo maka data dapat cepat tersaji dan kita tidak perlu menginput data karena langsung terinput begitu kita selesai wawancara.  Tampilan data yang ada bisa kita jadikan dasar dari perencanaan selanjutnya.  Misalnya berapa orang yang kira-kira mau memilah sampah dari rumah, berapa kemampuan orang atau masyarakat membayar sampah dll

Sebelum pulang kami di bekali dengan materi buat besok, yaitu WACS (waste assessment and characterization survey) mengapa harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Meskipun saya pernah ikut dalam WACS di RW 09 Sukaluyu Bandung Indonesia, tetapi tetap saja saya merasa exciting untuk melakukannya esok hari.  Terakhir kami mengunjungi MRF Blue Ridge A yang sudah sangat rapi memilah sampahnya. Di pojokan saya melihat sampah B3 terkumpul dengan rapi, misalnya lampu, batrerai dan sampah sisa elektronik. 



Aye hari ke-4 kami kembali ke barangay Baritan again to WACS orientation for households and distribution of material, kami di bagi kedalam 2 team dan Alhamdulillah kelompok kami berhasil mengajak 12 rumah untuk berpartisipasi dalam WACS ini.  Yang kami lakukan hari ini adalah menyampaikan maksud kedatangan kami dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam memilahan sampah ini.  Tidak mudah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi diawal, educator harus sabar menjelaskan maksud dan tujuannya, kadang diselingi oleh peserta non pribumi dengan menggunakan Bahasa Inggris namun selebihnya menggunakan Bahasa Tagalog.  Seru karena ternyata banyak kesamaan kata dengan yang biasa kami gunakan di Indonesia walaupun lain makna.



Jika masyarakatnya sudah menyetujui akan ikut program maka kami akan berikan  ember, satu karung transparan dan 4 karung semen dengan pembagian masing-masing.  Ember untuk sampah sisa makanan (left over food), karung barang untuk recyclable yang mungkin di jual atau di daur ulang, karung semen untuk sampah sapuan halaman ( Garden waste) artinya daun-daun yang jatuh di halaman atau sampah organic keras seperti bonggol jagung, kulit duren, biji nangka dll, satu karung semen untuk special waste yaitu sanitary napkin, popok bayi dan tissue, satu karung semen untuk hazardous (B3) misalnya baterai, stryrofoam, sampah elektronik dll, satu kantong semen lagi untuk residual  waste seperti sachet atau kemasan makanan dll.
Kegiatan hari ini diawali dengan sambutan dari Barangay Kapten alias lurahnya klo di Indonesia, dilanjutkan dengan briefing oleh Rap lalu dilanjutkan dengan rutinitas yaitu photo bersama sebelum akhirnya kami menyebar ke rumah-rumah penduduk.



Tiap rumah yang mendapat penjelasan dari kami dan  setuju untuk memilah maka kami pinjamkan tempat pemilahannya dan kemudian kami minta kepala keluarga tersebut untuk menandatangani pernyataan kesanggupan memilah selama 8 hari untuk keperluan WACS ini. Pemilihan rumahnya harusnya menggunakan rumus sampling interval, yaitu jumlah populasi di bagi ukuran sample (yang kami pilih 50) jadi kemarin jika kami taat pada aturan maka kami harus mengajak masyarakat memilah dengan aturan setiap 204 rumah, tetapi Rap sang juru acara kami menggunakan metoda draw lots artinya kami ambil angka acak dan ternyata terpilihlah angka 8.  Jadi setiap melewati 8 rumah baru kami bisa mengajaknya berpartisipasi.   Walau Malabon City sangat panas tapi kami tetap semangat mendatangi rumah demi rumah. Adakalanya kami di tolak tetapi tidak menyurutkan semangat kami. Seru, menantang  dan cape he he he.   

Siang itu sangat panas dan kami sampai di city hall Malabon untuk refleksi dan pembekalan apa yang akan kami lakukan di hari ke-5. Tetapi sebelumnya kami diberi pengetahuan tentang waste to energy orientation for ESWM training.  Alhamdulillah kami sudah selesai melakukan step 1 dan ini perlu untuk dirayakan Alhamdulillah. Hari ke-5 kami akan ke barangay muzon untuk melihat proses 2 yaitu multi sectoral consultation dan training.

Hari ke-5 kami sampai di barangay Muzon lebih cepat dan kami langsung masuk ke aula kelurahan nya untuk bergabung bersama masyarakat disana.  Hari ini peran kami hanya sebagai observer saja saat mereka melakukan orientasi di step 2, yaitu multi sectoral Consulting dan training.  Aula kelurahan yang kebanyakan sama dengan apa yang ada di bnandung penuh sesak oleh audience dari berbagai kalangan diantaranya: kakawad/counselor nya barangay, home owner assiation, womens group (lamun di kitamah PKKnya kali) senior citizen (tokoh masyarakat) NGO food for hungry dan lain-lain.  Dimulai dengan perkenalan dan penjelasan tentang mengapa sampah menjadi masalah dan dasar hokum mengapa kita harus melakukan ini juga dijelaskan tentang peran masing-masih sesuai dengan kapasitas dan tugasnya seperti indifidu, masyarakat, kewilayahan, kota, provinsi, nasional dan penghuni bumi ini.  Banyak hal yang menarik disini. Satu diantara nya adalah semacam ten commandementnya philiphines yaitu :
  1. Kapitan is star,  lurah adalah bintang, maksudnya lurah the kudu jadi panutan masyarakat
  2. Reduce your waste, kurangi sampahmu, sama dengan di Bandung Kang PisMan (kurangi pisahkan manfaatkan sampah)
  3. Segregate your waste,  diberlakukan No segregation no collection artinya kalua sampahnya tidak terpilah maka ga akan diangkut loh
  4. Dan jika sudah dipilah maka collector ga boleh mencapurkannya kembali 
  5.  Tutup dumpsite besar ataupun kecil, artinya sudah tidak lagi diperbolehkan menumpuk sampah begitu saja besar ataupunkecil.
  6. No burning, artinya skala besar ataupun kecil sudah ga boleh lagi ada pembakaran sampah.
  7. Jangan gantung sampahmu, artinya sampah dari rumah atau dari sumber harus dipastikan di berikan pada collectorsehingga bisa di control dengan mudah saat tidak terpilah maka akan dikembalikan.
  8. Pisahkan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) 
  9.  Bangun MRF (material recovery facility) di kawasan minimal satu barangay satu MRF
  10. Peran serta masyarakat, artinya setiap orang bertanggung jawab atas program ini dan semua adalah agen perubahan.

Setelah itu Froilan Grate sang nara sumber mengajak masyarakat menilai diri sendiri (self assement) apakah masyarakat di barangay muzon ini sudah memenuhi standar yang di tentukan atau belum, disini terlihat peran serta audience sangat antusias mengikuti semua step by step nya.  Setelah itu Froi juga memperlihatkan hasil WACS yang sudah dilakukan dan mereka seperti mengiyakan dan setuju dengan hasil WACS tersebut walau ada beberapa yang mungkin meraka ga merasa seperti itu. 
Hal menarik dari pemaparan Froi dalah pertanyaan pada audience :  “ apakah kamu suka sampah?” mereka jawan nooooooo, lalu Froi tanggapi dengan ringan kenapa kamu masih menghasilkan sampah atuh? Ha ha ha  Froi juga menerangkan tentang bagaimana mengolah sampah yang sudah terpilah terutama sampah organic yang tidak terolah oleh binatang peliharaan mereka.  
Diakhiri dengan pertanyaan siapa yang mau jadi volunteer dalam program ini? Saya kira ini bagian yang terpenting kenapa karena sebagus apapun programnya tentu saja tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dari kader/ penggerak  local, jadi makin banyak peran serta masyarakat makin baguslah jalan program nya.  Semangat yuk ah.  Hal yang penting juga diakhir adalah presentasi di setiap pertemuan warga jadi froi bertanya kapan, dimana  dan siapa yang memerlukan presentasi ini? Silahkan hubungi staff mother earth foundation maka mereka akan datang.

Setelah sesi makan siang kami kembali ke city hall nya kota Malabon dan mendapat penjelasan dari Ate Merci dari Dumagete tentang health care waste, Merci menjelaskan tentang komposisi dan bagaimana cara mengolah sampah dari fasilitas kesehatan yang ada dan bagai mana mereka mengolahnya selama ini. Menarik sekali penjelasannya dan sangat penting sebenarnya buat kota sehingga sampah infectious kita bisa tertangani dengan baik. 
Jika ingin tahu lebih banyak silahkan buka www.medwastealternative.org , healt care without harm juga www.noharm.org dan
Pesannya adalah identify opportunities from this presentation.

Setelah Merci dilanjut oleh Theeban wakil dari Malaysia yaitu tentang Chemical free  urban farming.  Kami diajarkan bagaimana membuat pupuk dan bioaktivator untuk berbagai tanaman.  Saya coba tuliskan ya :
Growth promoter / fish amino acid di buat dari satu kilogram sfish waste segar/ daleman ikan.  Ditambahkan gula atau molasses 1,5 kg.  jangan pake air dan di aduk setiap arah 40 kali jangan bolak balik tapi satu arah 4o kali ya selama 10 hari dan ini hanya bisa kita gunakan selama 7 bulan sejak dibuat jangan lebih.  Jika sudah lebih maka dia kadaluarsa.  Untuk penyimpanan silahkan masukkan kedalam botol tapi jangan paten tutupnya karena akan menghasilkan gas, nanti meledak.. untuk penggunaan ke tanaman 40ml ditambahkan air 10 liter dan semprotkan langsung ke tanamannya tetapi jangan digunakan untuk pembibitan.
Theeban pun mengajarkan kami tentang Panca kavya, egg lime solution, farmers EM dan pestisida peppelent.
Akhir sesi seperti biasa kami di brief untuk keesokan hari nya, eh besok mah libur karena hari Minggu jadi untuk Senin.  Kami akan pergi ke barangay Baritan  untuk mengerjakan WACS yaitu ikut ke rumah-rumah warga yang jum’at kemarin kami berikan wadahnya, kami datang untuk mengambil sampah yang sudah terpilah dan melihat apakah warga sudah benar memilahnya dan berapa banyak timbulan sampahnya sehingga sampling ini bisa kami olah dan gunakan untuk menghitung berapa banyak sampah yang harus kami olah jika kami mengimplementasikan program ini pada seluruh masyarakat satu kelurahan. Kemudian kami akan pergi ke Barangay Muzon untuk melihat proses action plan mereka diakhiri dengan sesi di Malabon City Hall.  Selamat berlibur.

Hari minggu adalah hari libur dan saya berencana akan tidur siang, tetapi setelah saur saya ternyata tidak bisa tidur lagi karena kebiasaan tidak tidur lagi jadinya saya menggarap bahan presentasi saya untuk hari senin.  Saya akan presentasi tentang bagaimana biopori yang kami jadikan sebagai salah satu cara mengolah sampah organic di KBS di Bandung.  Siangnya kami anter pak Pipin mencari oleh-oleh untuk teman-temannya, Nica menyarankan kami pergi ke Araneta Center Cubao  dan akhirnya kami pergi kesana tetapi yang dicari ga ada, akhirnya kami pergi ke Tiendesitas tempat kami dulu (januari 2017saat  international zerowaste conference ) belanja barang yang sama.  Kami sampai rumah jam 17.00 dan setelah saya shalat saya masak pancake untuk kami ber-4 .  hari ini saya tidur cepat karena esok harinya kami akan lebih awal mulainya.









Hari ke- 8 di Philipina dan hari ke-6 workshop kami mulai lebih awal karena akan melakukan WACS di barangay Baritan, kami keliling bersama collector sampah untuk mengambil sampah yang sudah terpilah 6 macam, prosesnya adalah kami mendatangi rumah warga yang sebelumnya sudah menandatangani pernyataan dan memulai pemilahan sejak sabtu , tanggal  3 Juni jadi hari ini adalah hari ke-3.  Sampah yang sudah terpilah kami timbang masing-masing  dan kami catat beratnya untuk tahu timbulan sampah yang sesungguhnya.  Ada beberapa rumah yang pemilahannya belum tepat sehingga kami harus melakukan edukasi kembali, ini adalah proses yang harus dijalankan.  Kemudian setelah selesai maka sampahnya di kumpulkan kemudian di rapihkan, di tuliskan sampah hari ke-3 kemudian di simpan di dalam gudang untuk di pilah kemudian menjadi 30 macam.  Itu akan di lakukan oleh Ate Gara dan teman-temannya dari mother earth foundation. 








Setelah itu kami bergerak ke barangay Muzon.  Kami di kenalkan dengan bagaimana     Action Plan  of ecological solid waste management dibuat bersama barangay kapten dan perangkatnya, siapa saja yang terlibat, apa saja yang harus ada dll.  Action plan berisi tentang kapan kegiatan dimulai, kapan diakhiri, berapa biaya yang harus di kerjakan, dari mana sumber pendanaannya, siapa target sasarannya dan siapa yang bertanggungjawab dan mengerjakannya. Adapun hal-hal yang ada dalam action plan tersebut adalah ; information and education, engineering and systems, institutionalization and enforcement,      enterprenership and livelihood, implementation and related activities.  Barangay kapten Muzon sangat ramah dan menjawab setiap pertanyaan dengan baik juga para kagawad, concelor dan anggota commite nya. Multi sectoral yang harus ada yaitu, members womens’s organization, youth rep, petugas kebersihan dan penganngkut sampah, pemilik lapak, pelaku bisnis, kepala pasar, sekolah, tokoh masyarakat dll. 

Setelah makan siang kami pergi ke rumah chairman nya Mother Earth Foundation.  Sesi kelas kali ini berada di rumahnya Tita Sonia karena malam ini akan ada sesi makan malam bersama sehingga kami tidak perlu pindah tempat. Tak lupa kami photo-photo karena kami team Indonesia menggunakan baju yang sama yaitu baju biopori.
Sesi ini adalah sesi pengolahan sampah organik dan   kami  mendapat pencerahan tentang materi  pengolahan sampah organik dari Froi sbb :




Jadi intinya kita sebelum menjadikan sampah maka sisa makanan kita (left over food) harus kita manfaatkan sebelum akhirnya benar-benar menjadi sampah.  Berikanlah kepada orang yang membutuhkan, beri makan binatang sebelum akhirnya di kompos. 

Setelah itu pada saat sesi sharing peserta workshop kami team Indonesia di wakili saya dan Jessis menerangkan tentang bagaimana biopori bisa menyelesaikan masalah banjir, kesuburan tanah dan mengolah sampah organik.  Presentasi saya base on practice.  Saya menggunakan cibunut sebagai contoh yang sudah menggunakannya karena Froi sudah pernah berkunjung jadi sangat mudah baginya memahami dan menambahkan penjelasan nya.  Alhamdulillah sesi sharing berjalan dengan baik dan cukup menginspirasi peserta lain.
sharing tentang bagaimana biopori menjadi salah satu  pilihan cara menyelesaikan permasalahan sampah organik di Cibunut dan maleer



Sebelum break snack sore kami diajak main games dan keluarlah berbagai alternative pengolahan sampah organic yang banyak, seru karena kami jadi tahu bahwa disemua negara di belahan bumi manapun orang sudah melakukan upaya pengolahan sampah organic agar terurai kembali dan kembali lagi ke alam.  Dan kami pun mendapat tugas untuk bisa mewujudkan apa yang kami sarankan untuk pengolahan sampah organic untuk MRF Bonifacio esok hari.  Setelah team kami berdiskusi diputuskanlah Takakura sebagai pilihan kami.  Kami meminta Nica fasilitator kami untuk memnyiapkan semua bahan yang kami perlukan dan akhirnya sesi workshop hari ini berakhir dengan keseruan.  Makan malam akan di mulai pukul 18.30 menyesuaikan dengan azan maghrib di Quezon city. Selama menunggu waktu makan malam Theeban memberikan pengetahuan tentang kegunaan tanaman yang ada di kebun nya Tita Sonia .   Jadi waktu antara sesi dan makan malam  kami gunakan untuk saling berinteraksi dan berbagi cerita sambil foto-foto tentunya. Kami makan malam bersama para board nya MEF diawali dengan do’a dan perkenalan peserta makan malam dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

Hari ke-7 workshop kami pergi ke barangay panghulo untuk melakukan door to door education. Kami di bagi menjadi 3 group dan masing-masing group di bagi menjadi 3 kelompok.  Awalnya ate Gara mencontohkan pada kami bagaimana ate gara melakukan edukasi ke salah satu rumah di jalan itu dan akhirnya kami di pecah saya kebagian ikut ate gara bersama Muky dari Thailand untuk keliling. Seru dan menarik walaupun hari itu cuaca sangat panas.  Setelah selesai keliling saya bertanya pada Ate Gara apa boleh saya mencoba naik pedicab pulang ke barangainya?   Ate Gara membolehkan dan akhirnya saya naik bersama Muky pulang ke barangay.  Seru ya
saya dan Muki dari Thailand naik pedicab

briefing

door to door education




Setelah sesi makan siang kita kembali ke Malabon City Hall untuk mendapat penjelasan dari teman teman tentang pengolahan sampah organic. Denagn urutan seperti ini
1.       Rice Hull Composting box dipaparkan oleh Marito dari Tackloban
2.       Balck Soldier Fly dipaparkan oleh Piki dari Indonesia
3.       Solar Composter For Organic Solid Waste Management dipaparkan oleh Darwin dari India
4.       Domestic Unit dipaparkan oleh Suseela dari Malaysia
5.       4 Tank System dipaparkan oleh Theeban dari Malaysia
6.       Bata Terawang dipaparkan oleh Jessis dari Indonesia

Dan selalu diakhiri dengan briefing untuk keesokan harinya dan kami akan pergi agak jauh menuju MRF bonifacio maka kami diminta untuk persiapan alatnya

Hari ke-8 kami pergi ke MRF bonifacio di kota Tagig,  kami di beri penjelasan tentang bagaimana barangay ini melakukan inovasi pengelolaan sampahnya sampai jadi juara terbaik se metro Manila sebagai kelurahan terbaik dalam bidang Ecological Solid Waste Management (EAWM).  Kami bertemu barangay kapten beserta para kagawadnya (counselor dan commite nya). Kapten bercerita bahwa saat mulai kegiatan ESWM ini dirinya masih jadi kagawad di bidang lingkungan dan karena sukses menjadikan kelurahan nya terbaik maka dirinya bisa menjadi kapten.  Perlu sekitar satu tahun untuk bisa sampai pada hal ini. Kunci keberhasilannya adalah setiap pertemuan dengan masyarakat di diskusikan dan setiap saat setiap ada kesempatan langsung berinteraksi dengan masyarakat karena masyarakat perlu edukasi dan pengarahan yang benar dan jelas.  Dua  minggu sekali para counselor dan comite ini melakukan pertemuan rutin untuk selaku mengkoordinasikan dan mencari cara terbaik yang bisa membuat masyakat mau memilah sampah dan mengolahnya secara mandiri juga membuat masyarakat sadar akan hidup bersih dan sehat dan mau memelihara kegiatan ini sesara terus menerus. mereka melakukan sosialisasi pemilahan sampah secara terus menerus setiap hari ke masyarakat sebulan penuh kuncinya sih Katanya “working together” artinya perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak untuk mewujudkan ini dan yang terpenting juga adalah kepemimpinan dari kewilayahan, karena kewilayahan di bantu banyak pihak harus melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala sehingga program berjalan secara terus menerus.  Mungkin awalnya akan sangat berat tetapi  jika sudah berjalan efektif semakin ringan dan semua sudah mengikuti aturan, tentu saja peran kelurahan/barangay menjadi sangat penting saat penalty/penegakkan aturan.
botol kaca di gunakan sebagai pemanis taman

salah satu cara pengomposan hasil dari studi bandiing di India

Mereka punya 21 pasukan diantaranya 15  petugas pengambil sampah ( collector) dan  7 community organizer     dan mereka punya tugas masing-masing, siapa yang mengambil sampah ke rumah- rumah, siapa yang mengompos, siapa yang mengurus kebun dan yang melakukan daur ulang.  Mereka mendapat gaji dari barangay sebesar 8000 pesos sekitar 2 jutaan dan mereka punya tambahan penghasilan tambahan dari hasil penjualan tanaman, kompos dan hasil daur ulangnya.  Dan yang amazing adalah MRF ini dulunya adalah TPS liar 5 truk sampah tiap hari diangkut dari sini dan sekatrang menjadi tempat yang cantic dan tahukan berapa truk sampah yang mereka angkut setiap harinya ke TPA? Hanya satu truk dan itupun tidak penuh. Subhanallah.  Dari sinilah penghematannya sehingga mereka bisa menggaji.  Waw

Mereka juga membuat tegel dari campuran semen dan potongan plastic, dengan perbandingan I sak semen ditambah dengan 1-2 kg plastic, jadi jalan setapak yang ada di sini di buat dari campuran plastic tersebut.

Ini adalah kunjungan kedua saya ke MRF Bonifacio, yang pertama saat zerowaste international conference  dan ternyata sudah ada hal baru yang saya temui disini yaitu model pengomposan yang mereka adopsi dari India.  Rencananya Bonifacio akan menjadi tempat pusat  belajar  pengolahan sampah organic di  Manila, sehingga kali ini kita akan buat 3 model  baru pengomposan.

Setelah itu kami mengecek alat dan bahan yang kami pesan untuk kami buat masing-masing kelompok.  Setelah sesi makan siang nanti  kami akan mempresentasikan apa yang ingin kami bagikan kepada teman-teman di bonifacio sebagai alternative dari pengolahan sampah organic.
Sementara yang lain makan siang kami 3 orang dari Indonesia biasanya cari tempat shalat dan beruntung hari ini kami berkesempatan mencoba moda transportasi asli philipina yaitu jeepney dan pedicab.  Dan beruntung kami di beri kesempatan shalat di ruang kelas  Daycare semacam PAUD kalua di kita mah.   Cukup mengobati rasa rindu mengajar hihihi dan salut untuk guru-guru disana yang mengatur kelas dengan berbagai media pembelajaran. 



Team satu mempresentasikan vermi compost yang cara pembuatannya sbb, lapisan pertama batu sekitar 1 inci, lapisan kedua pasir juga 1 inci lapisan ke tiga tanah juga satu inci dan lapisan terakir kompos sampai kira-kira agak penuh.  Masukkan beberapa cacing dan bikin tetesan air diatasnya tutup dengan kain.  Oh ya tempatnya harus yang ada lubangnya atau kerannya untuk mengambil air yang dihasilkan.  Keuntungannya ada 2 yaitu mengolah sampah organic dan mendapatkan pupuk cair .
Team ke dua yaitu team kami dari Indonesia memperagakan tatacara pembuatan Takakura, yaitu dari campuran dedak, kompos dan sekam juga air gula. Saya kebagian menjahit bantalan sekam bersama pak Pipin, piki dan jessis mempersiapkan starter kit Takakura kami.     Kami membuat AM4 alami yaitu dari campuran air gula dan tanah sekitar yang bisa digunakan untuk pupuk ataupun bioaktivator.




Team tiga alat dan bahannya terpaksa di simpan dulu karena ternyata tukang yang mereka pesan tidak datang, sehingga mereka menyederhanakannya dengan pemisalan.  Mereka menerangkan tentang box composting yang konsep dasarnya adalah membuat box ukuran 1 m x 1 m x1 m . lapisi sengan bamboo tetapi bawahnya tanah, masukkan sampah daun kemudian sampah sisa makanan lalu tanah, begitu selanjutnya sampai penuh, setelah itu baru ditutup dan sesekali di cek kelembabannya. 
Dan sesi di tutup dengan refleksi kemudian pulang ke penginapan masing-masing.

Hari ke-9 kami ke barangay ibaba yang sedang melakukan dry run, artinya mereka sedang uji coba memberlakukan pemilahan sampah di kawasan tersebut.  Ini hari ke-3 mereka melakukan dry run dan masih terdapat beberapa masyarakat yang mencampur sampahnya. Ini masih di toleransi karena ini semacam latihan untuk warga agar saat implementasi nanti sudah lihai.  Banyak hal yang saya lihat dari barangay ini.  Salah satunya adalah semangat dari kapten dan  kagawadnya, itu merupakan moodbooster buat para volunteer nya.  Oh ya di tiap barangay/kelurahan ada woman organization nya yang sering kali di sebut dengan ladies, kayanya klo di kelurahan kita  mah PKK dan sejenisnya. Mereka yang biasanya jadi volunteer membantu kita ke lapangan.  Dan sama seperti di kita juga bahwa ada semacam posyandu dan paudnya.  Di Ibaba ini kawasan yang sering tergenang air kala hujan tiba.


kalau tidak terpilah maka yang punya rumah atau penanggungjawabnya langsung di minta untuk memilah saat itu juga




Setelah istirahat  siang, di sesi sore kami di beri penjelasan tentang dumaguete oleh Tita Merci Ferrer.  Tempat yang sangat indah namun sekarang menjadi sangat kotor oleh sampah dan akan di coba menduplikasi san Fernando.  

Kemuadian kami di beri penjelasan tentang WACS dan tujuan dari WACS itu sendiri.  WACS (waste assessment charactization studies) tujuannya adalah untuk
1.       mengetahui berapa besar MRF yang dibutuhkan
2.       apa jenis komposter yang tepat serta berapa besar lahan yang dibutuhkan.
3.       Berapa kali pengangkutan dalam seminggu
4.       Berapa banyak kolektor/pengangkut sampah  yang di butuhkan
5.       Berapa banyak budget yang perlu disiapkan
6.       Berapa banyak penghematan yang  kita dapatkan.


Hari ke 10 kami pergi ke barangay Florest untuk melihat bagaimana mereka mengimplementasikan (full implantation) dan kami melihat sesuatu yang membuat kami harus mengapresiasinya yaitu dari semua barangay yang sudah kami datangi baru saat itulah kami melihat full team yaitu barangay kaptennya ada lengkap beserta sekretaris dan perangkatnya  para kagawadnya juga hadir juga ladies nya sebagai volunteer nya banyak. Subhanallah kami yakin mereka akan bisa mengimplementasikan program ini dengan baik.  Walaupun di sini masih ada beberapa warga yang belum sepenuhnya memilah sampah namun kita bisa lihat bahwa penegakkan aturan sudah di berlakukan.  Kami melihat ada warga yang masih memberuikan sampah tercampurnya dan harus dipilah sendiri di hadapan petugas sampah di saksikan oleh para volunteer dari kelurahan.  Ada warga yang tidak sesuai pemilahannya kena tegur langsung dari kelurahannya. 

subhanallah semua stakeholder di barangay Flores ini guyub datang




observasi


Setelah itu kami pergi ke san Fernando kota yang sudah mengimplementasikan program ESWM ini secara full juga pengurangan plasyik nya.  Saya untuk kedua kalinya berada di city hall kota ini dan di sambut dengan ramah oleh Ate Anel sang kepala dinas  lingkungan hidupnya.  Disana kami di beri penjelasan tentang bagaimana kota ini mulai dan memonitor program ini dan bagaimana aturan di tegakkan.  
Mereka punya banyak cara dan program untuk membuat kotanya bisa menjalankan program ESWM ini berserta plastic bang nya, diantaranya lewat;
1.       Poster
2.       Facebook
3.       Reality games di TV local
4.       Radio Dan berbagai media campaign yang lainnya.
5.       Youth camp rutin
6.       Jingle completion lagu bertemakan lingkungan hidup
7.       Ecobag painting contest  dll

Kami di bawa ke super market dan disana ternyata memang sudah menjalankan aturan nya yaitu ga ada kresek serta menyediakan tempat sampah terpilah juga ada tempat sampah khusus AMDK, kami pun pergi ke pasar tradisional yang disana tak adalagi krese hanya plastic yang diperbolehkan saja yang ada disana yaitu yang bening dan terbuat dari lutut sapi.  Setelah saya observasi Tanya-tanya ke pedagang memang disana sudah tidak ada yang menggunakan kresek untuk belanja.  Tapi ate anel mengatakan bahwa belia hanya bisa memberlakukan ini di took-toko besar dulku belum sampai ke sari-sari store ( warung dan toko kecil) tetapi bertahap. 
supermarket di San Fernando yang tidak lagi menggunakan kantong kresek/plastik

ketemu bunda juara yang sedang belanja tanpa kresek

Hari ke-11 kami pergi ke barangay Baritan again untuk melakukan WASC kembali, kami melakukan pengukuran, penghitungan dan memisahan sampah yang dikumpulkan selama 8 hari agar kami tahu yang sesungguhnya apa saja jenis sampah yang ada di kawasan itu dan berapa banyak.  Hari ini kami dapat bonus karena ternyata kami selesai berkegiatan jam 13.30 Alhamdulillah. 




Tetapi ternyata kami sebagian besar tidak ingin pulang cepat jadinya kami berkumpoul dulu di kantornya GAIA bersama teman-teman yang lain,  kami ngobrol ngalor ngidul dan ternyata sampai waktu buka tiba, Alhamdulillah setelah makan malam kami bubar. Besoknya kami libur karena kami harus siap-siap pergi ke batangas untuk Graduation Day.
hobby ku selama disana memandang sunrise dan sunset dari balkon kamarku di lantai 15
Akhirnya sampailah kami di Batangas dan ternyata kami mampir dahulu  ke ecological conservation center disana kami dapat penjelasan bagaimana mereka berusaha melindungi kawasan itu.  Kawasan itu berada di tepi danau dan di tengah danau itu  merupakan  kawasan yang sangat rawan bencana karena ada gunung berapi,    Kapusod-Kinalaglagan-Mataasnakahoy-Batangas  ternyata sangat indah yang membuat kami betah disana.  Hal ini membuat Froi menambah waktu stay disana  lebih lama.  Setelah itu maka kami pergi ke  Shercon-Resort-and-Ecology-Park untuk acara graduation day horay. 




Di shercon kami di minta untuk menggunakan pakaian tradisional dan menampilkan budaya masing-masing, di mulai dari team MEF dan dilanjutkan dengan tampilan GAIA,  lalu dari Takloban dkk lalu Indonesia dan Malaysia.  Kami menampilkan lagu “manuk Dadali” dengan tarian ketuk tilu.  Malam itu kami merasa bahagia akan kebersamaan kami dan akhirnya sayapun tertidur lelap.

Hal yang paling terkesan dari zerowaste academy ini adalah kami semua seperti layaknya teman lama yang akrab satu sama lain, teman-teman sangat hangat sehingga  saya merasa seperti dirumah sendiri.  Hal yang paling saya suka dari kegiatan ini adalah kami belajar secara learning by doing sehingga buat saya sangat jelas bagaimana cara melakukannya, walaupun kami bertiga dalam keadaan puasa tapi Alhamdulillah kami semangat dan tidak mengeluh.  Cuaca di Metro Manila saat itu memang sedang panas panasnya yang paling dirasa berat adalah rasa haus apalagi disekeliling kami semua orang-orang yang tidak berpuasa, namun tentu saja tidak menyurutkan tekad kami karena kami tahu ini hanyalah godaan sesaat.  Alhamdulillah selama di sana kami bertiga selalu puasa full walau panas menghadang.  
meja kerjaku selama zerowaste academy

mencoba makanan khas

hallo hallo minuman favorite ku selama disini





aku pasti akan kangen dengan suara kereta api yang selalu ;lewat disini


Hal lain yang saya suka dari philipina adalah jeepney  kendaraan khasnya yang subhanallah dihias dengan sangat kreatif.  Dan tak lupa bahwa selama saya menginap di condominium pinecrest pemandangan yang indah selalu saya nikmati dari balkon kamar kami di lantai 15.  Senang sekali memangdang sunset dan sunrisenya.  Dari balkon itu saya selalu takjub dengan keindahan kota dan langitnya.
Tujuh belas hari saja di philipinas membuat kami berat hati untuk berpisah, selamat berjuang semuanya.



 


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar