Bu Tini : Pejuang dan Penulis Handal dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia
(Ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas/GSSI).
Ada yang bikin tulisan tentang aku nih. Duh jadi malu deh blom sehebat tulisan itu
Seri Kedua : Perempuan-Perempuan Hebat dalam Pengelolaan Sampah di Indonesia.
Sempat tercenung sesaat ketika akan memulai menulis sosok Bu Tini ini. Tidak bisa dipungkiri karena reputasi Bu Tini yang demikian hebat di jagad pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagai bukti adalah semua kegiatan Bu Tini bisa dilihat di berbagai aplikasi on line (media sosial) yang sudah diunggah sejak lama. Selain terlibat dalam pengelolaan sampah, Bu Tini juga menaruh perhatian pada bidang-bidang yang lain seperti pelestarian lingkungan dan dunia kepariwisataan. Pengelolaan sampah memang sangat berkelindan dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk pengembangan desa wisata yang saat ini sedang digelorakan kembali oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI bersama Pemerintah Daerah (Pemda) di Indonesia. Hal itu bisa dimaklumi mengingat daya tarik desa wisata dalam bentuk keindahan alam, budaya lokalita, situs peninggalan sejarah, dan potensi yang lain tidak akan dilirik oleh wisatawan lokal, nusantara dan manca negara jika kondisi lingkungannya terlihat kotor, bau tidak sedap dan tidak nyaman.
Perempuan kelahiran Bandung ini memiliki nama lengkap Tini Martini Tapran, S.Si, M.Sos. Sehari-hari biasa dipanggil dengan sebutan Bu Tini. Perempuan yang memiliki hobi membaca, menulis dan traveling ini memiliki seabreg kegiatan, karya dan penghargaan dibidang pengelolaan sampah dan dibidang-bidang lainnya. Setelah menempuh pendidikan formal di Fakultas MIPA ITB dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNPAR, Bu Tini terus meningkatkan dan mengasah kemampuannya dengan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, work shop (loka karya) dan seminar baik di dalam maupun di luar negeri di lingkup pengelolaan sampah, pelestarian lingkungan dan kepariwisataan. Salah satu pelatihan yang dianggap penting dan memberikan kesan mendalam bagi Bu Tini adalah pelatihan yang dilaksanakan selama dua pekan di Zerowaste Academy di Filipina pada tahun 2017. Pelatihan yang belakangan telah memperkuat peran Bu Tini dalam melakukan pengelolaan sampah di kota Bandung dan di daerah-daerah lain di Indonesia. Timbulan sampah di Indonesia baik organik maupun anorganik saat ini memang sudah sangat mengkhawatirkan. Dampak negatip yang ditimbulkan dari sampah yang tidak tertangani dengan baik adalah terjadinya pencemaran lingkungan hidup, gangguan kesehatan pada masyarakat dan peningkatan gas rumah kaca (GRK) yang dapat memicu perubahan suhu dan iklim global. Sebagian besar dari total timbulan sampah di Indonesia adalah sampah organik (57 %), selebihnya adalah sampah anorganik/plastik (15 %), kertas (10 ) dan sampah lainnya (17 %). Kuntributor terbesar sampah organik adalah sampah yang berasal dari rumah tangga (38 %), kawasan (16 %), pasar (16 %), perniagan (7 %), fasilitas publik (5 %), perkantoran (5 %) dan sampah lainnya (15 %). Hal itu yang menjadi salah satu petimbangan mengapa penanganan sampah senantiasa berbasis dari rumah tangga atau dari sumbernya.
Sebagai Ketua Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas (GSSI), selain menyandang peran sebagai pemerhati, pegiat dan praktisi pengelolaan sampah, Bu Tini juga memiliki sederet peran yang lain seperti sebagai fasilitator, koordinator, kontributor dan kolaborator dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Peran-peran yang sangat membantu Bu Tini terutama ketika dilibatkan dalam kegiatan penanganan sampah di Kota Bandung melalui penerapan model-model pengembangan kawasan bebas sampah (KBS) hasil kolaborasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung dengan komunitas Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) yang kemudian bertransformasi menjadi Kang Pisman (Kurangi, Pisah dan Manfaatkan Sampah). Kang Pisman merupakan salah satu model penanganan sampah yang berbasis dari rumah tangga atau dari sumbernya, sehingga sampah sebisa mungkin tidak sampai ke TPS dan TPA atau dibuang secara sembarangan di sungai dan badan-badan air yang lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan baik pada masyarakat maupun makhluk hidup yang lain. Model ini oleh Bu Tini telah dicobakan di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebun Pisang, Kota Bandung. Meski memerlukan waktu yang relatip lama dan penuh dengan lika-liku, penangan persoalan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung ini telah menjadi best practice dan sekaligus success story dalam penanganan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya. Tidak kalah pentingnya adalah dari pengalaman penanganan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebun Pisang, Kota Bandung ini, telah tergali suatu sistem yang tepat dan strategi pemberdayaan masyarakat terutama pada ibu-ibu rumah tangga untuk bisa memahami dan mempraktekan kegiatan pilah, pilih dan olah sampah menjadi produk-produk yang memiliki kemanfaatan atau bernilai ekonomi tinggi. Melalui sistem dan strategi pemberdayaan masyarakat dalam penangan sampah ini, ibu-ibu rumah tangga yang berperan serta aktif dan telah diedukasi serta mengikuti kegiatan sosialisasi, diharapkan dapat memahami dan menerapkan berbagai konsepsi yang berbasis pada prinsip-prinsip reuse, reduce dan recycle (3 R) serta sirkular ekonomi atau ekonomi melingkar dalam pengelolaan sampah. Keberhasilan dalam penanganan sampah di ke-RW-an Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung ini kemudian di replikasi dan dikembangkan di daerah-darah lain di Kota Bandung. Bahkan model yang sama saat ini telah diujicobakan di beberapa daerah di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sebagai pendidik yang sekaligus penulis, Bu Tini mencoba menuangkan tahapan-tahapan dalam sistem dan strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi bahan ajar berupa modul PasGeBer (Pasukan Gerakan Bersih) yang mudah dipahami oleh warga belajar, terutama anak-anak, remaja dan dewasa (generasi muda). Dalam kegiatan belajar-mengajarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan "belajar dari pengalaman atau experience learning cycle (ELC)" dengan menggunakan kombinasi metoda belajar-mengajar seperti penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi dan penyelesaian masalah (problem solving).
Seperti pegiat pengelolaan sampah yang lain, Bu Tini dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki juga telah diminta menjadi nara sumber dalam penangangan sampah di berbagai tempat di Indonesia baik secara daring melalui zoom meeting maupun luring (off line) dengan kunjungan langsung ke lapangan. Mungkin tidak hanya model penanganan sampah saja yang harus direplikasi, akan tetapi sosok-sosok seperti Bu Tini ini yang perlu "ditumbuhkembangkan" sebagai bagian dari unsur kolaborasi multi pihak ABCGM sehingga penanganan sampah di Indonesia bisa dilakukan secara tuntas dan berkesinambungan. Selamat berjuang dan maju terus Bu Tini dalam pengelolaan sampah di Indonesia untuk bumi yang asri, nyaman dan lestari.
KASONGAN, Bantul, Yogyakarta, 5 Agustus 2022.
Asikin Chalifah
》 Ketua DPW PERHIPTANI DIY
》 Pembina Rumah Literasi (RULIT) WASKITA, Kedungtukang, BREBES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar