Pengalaman menghadiri Zerowaste International Conference
Seminggu menjelang keberangkatan saya baru di kontak Teh Ria,
saya tentu saja senang tapi juga bingung karena harus mengatur jadwal ngajar
dan kegiatan lainnya yang berakhir meliburkan siswa sebagian demi ikut
rombongan Zerowaste Metro Bandung
Perjalanan di mulai Senin, 23 januari 2017 kami datang masing-masing
beda waktu karena kami menyelesaikan dulu beberapa pekerjaan
masing-masing. Tepat jam 22.00 WIB kami
semua sudah berkumpul di bandara
Soekarno Hatta untuk cek in karena kami akan menuju ke kota Manila untuk
menghadiri undangan “13th Zerowaste International Conference” dari Mother
Earth Foundation Dalam Rangka “Zero Waste Month”
Kami makan malam di Bandara setelah boarding dan menunggu
saatnya terbang, tepat jam 00.45
pesawat kami mulai bergerak menuju bandara internasional Ninoy Aquino
International Airport dan tiba disana jam 05.55 waktu setempat. Manila satu jam lebih dulu dari Bandung. Kami tiba di bandara dan di jemput langsung oleh Mr Froilan Grate dari Mother
Earth Foundation dan makan pagi di
foodcourt bandara. Saya merasa sangat
semangat karena ingin mencoba makanan khas philipina yang bernama halo-halo
yang ternyata di semacam es campur namun mereka punya ciri khas sesuatu yang
bernama UBE, dibuat dari ubi ungu juga camporado bubur coklat.
Setelah urusan bandara dan perut selesai kamipun menuju hotel
Microtel, Eastwood yang terletak Di
Eulogio Rodriguezjunior Avenue Quezon City sekitar 1 jam dari Airport. Kami beristirahat sejenak dan dipersilahkan
untuk acara bebas sampai jam 17.00. Pak David memilih untuk menyelesaikan
pekerjaannya di kamar hotel sementara kami ber-5 memilih untuk mencari makan
siang di mall terdekat. Ternyata kami
menemukan kesulitan dalam mencari makanan halal karena ternyata hampir semua
foodcourt disana menjual masakan daging babi.
Akhirnya kami semua memilih jalan aman dengan membeli jus buah saja dan
sedikit window shopping dan mencoba moda transport khas Manila yaitu jeepney. Sejenis oplet panjang yang asli dibuat di
dalam negri dengan desain yang lucu-lucu dan dengan ongkos yang sangat murah
hanya 7 peso saja seorang.
Malam itu kami dijamu makan malam bersama para delegasi dari
berbagai negara yang sudah sampai di kota Quezon Manila. Sungguh diluar dugaan bahwa ternyata kami
dari Indonesia merupakan rombongan yang cukup besar dengan total 11 orang
sedangkan dari negara lain cukup 1-2 orang saja. Mengapa special? Karena Bandung, Soreang dan
Cimahi dari Indonesia ingin menduplikasi success story kota San Fernando dalam
hal pengelolaan sampahnya. Dan yang
lebih special lagi karena ada 2 pembicara dari Indonesia.
Malam itu digunakan sebagai ajang perkenalan kami dengan para
aktivis lingkungan dan para zerowaste-ers dunia. Mereka yang disana adalah orang-orang yang
akan menjadi pembicara di acara 13th Zerowaste International
Conference ini. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga buat saya
khususnya karena bisa berinteraksi dan saling update tentang kegiatan
lingkungan di berbagai negara.
Hari yang dinantipun tiba di Bahay Ng Alumni, Magsaysay Avenue
University Of Philipines dan kami duduk
di round table dan siap mengikuti parade pembicara-pembicara hebat. Subhanallah sungguh sangat senang mengetahui perkembangan
dunia per-zerowaste-an di belahan lain di dunia. Kesamaan menyatukan kami dan kesamaan tujuan
membuat kami merasa satu barisan yang sangat kuat. Hal ini menambah semangat saya untuk bisa mewujudkannya di
sini di kotaku tercinta Bandung.
Banyak hal yang bisa kami jadikan pelajaran dan banyak hal
yang membuat kami merasa perlu untuk berbuat dan meneruskan kegiatan kami
dengan satu keyakinan bahwa ini sangat bisa kita lakukan dengan kolaborasi dan
sinergi antar lembaga yang kuat dan kokoh kita bisa.
Pengelolaan sampah bukan masalah teknologi tinggi tapi butuh
keseriusan dari semua pihak. Hal ini
semakin menguat saat bincang-bincang di meja makan saat dinner di rumahnya Mrs.
Sonia Mendoza suasana kekeluargaan mencair sehingga membuat kami bisa
berkomunikasi segala hal. Saya merasa
sangat beruntung telah mengenal mereka dan bisa berinteraksi langsung bersama
mereka. Dan satu kekuatan kami adalah
kami semua mengagumi orang yang sama yaitu Opa Paul Connet bapa zerowaste
sedunia. Sehingga saat berpisah malam itu terasa berat karena kami masih ingin
banyak ngobrol namun malam sudah semakin larut dan kami harus mempersiapkan
fisik kami untuk kegiatan esok harinya. Bye my friends see you tomorrow.
Hari ketiga kami berkemas dan harus cek out karena kami akan
pindah kota untuk menginap malam ini.
Pagi itu kami mengunjungi salah satu MRF
di barangay Fort Bonifacio, Taguig
trotoar yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah illegal dan jorok telah
disulap menjadi taman yang sangat asri dilengkapi dengan fasilitas edukasi,
pembibitan, pengomposan, berkebun dan
yang sangat amazing adalah sampah yang
dihasilkan penduduk situ dalam cakupan satu barangay (kelurahan) hanya beberapa
karung saja sebagai residunya. Mereka
sudah bisa memilah sampah dari rumahnya dan para collector nya menarik sampah
sesuai jenisnya. Subhanallah negri yang
mayoritas non muslim pun bisa kok masa kita ga, yuk ah jangan hanya slogan “kebersihan sebagian dari iman” teh.
Di barangay ini pendanaan dari kelurahan langsung dan para
petugas kelurahannya pun ikut menyambut kami disana. Sedangkan warga tidak
dipungut biaya asal sampahnya sudah terpilah free tapi “no segregation no collection” loh artinya klo sampahnya tidak
terpilah maka ga akan diambil, tidak ada
alasan untuk tidak memilah karena tidak ada kesempatan untuk warga membuang sampahnya selain di
collect sama petugas nya. Semoga kita pun bisa melaksanakan hali ini agar
Bandung bisa lebih baik dan sungainya tidak lagi kotor.
Kami makan siang di mall dengan menu sea food, terus terang
dari semua jam makan sejak kami sampai pilipina saat inilah makan kami yang
paling enak dan puas. Terima kasih kuya Froi atas jamuannya.
Setelah makan siang kami pergi ke MRF di Barangay Potrero In
Malabon City. Disana pun kami melihat
simulasi warga memilah dan meng-collect sampahnya sampai pengolahan nya di
MRF. Sungguh sangat menakjubkan mereka
bisa melakukannya.
Setelah itu kami bersama-sama pergi ke kota san Fernando dan
cek in di hotel Bliss untuk sejenak melepas lelah. Kami mandi dan shalat saja
kemudian pergi makan malam bersama, lagi-lagi makan malam jadi ajang interaksi
bertukar cerita yang asik. Karena itu kami padat dan penuh dengan aktivitas
luar maka kami dihimbau untuk segera pulang dan beristirahat karena esok hari
kami masih ada jadwal kegiatan.
Akhirnya sampailah kami dihari terakhir di Philipina. Kami menghadiri Zerowaste Cities Forum Di San
Fernando City In Pampanga yang langsung dibuka oleh wali kota nya langsung dan
dihadiri oleh para barangay kapten (lurah), dan para penggiat lingkungan
disana. Suanana nya sangat cair dan
santai. Setelah pak walikota membuka
acara tersebut khusus rombongan Indonesia diterima untuk audiensi dengan pak walikota san
Fernando dan yang lainnya meneruskan acara.
Audiensi berjalan dengan santai dan subhanallah penjelasannya
sangat jelas dan saya sangat kagum dengan sosok walikota ini yang punya visi,
misi dan etos kerja yang baik, sehingga kota san Fernando ini menjadi kota
pertama di philipina yang berhasil mengelola sampahnya dengan tingkat reduksi
paling besar.
Selesai audiensi kami semua beserta para delegasi dari
berbagai negara lain mengunjungi satu sekolah yang dipimpin oleh satu suster
yang humble, subhanallah sekolah ini berhasil mereduksi sampah yang dikirim ke
TPS sebanyak 95% amazing. Caranya seperti apa? Dengan memilah sejak dari
sumbernya. Dikantinnya sebagai sumber dari
datangnya sampah terbesar tidak ada kemasan. Mereka menyediakan makanan siap
saji sehat dan tanpa kemasan. Pring,
gelas, sendok, garpu semuanya yang bisa dicuci.
Jika anak-anak selesai makan-minum maka mereka akan memilah sampahnya
sendiri ditempat yang disediakan bahkan jika mereka ingin membantu mencuci
langsung pun ada tempatnya.
Semua sampah yang ada disana sudah terpilah dan tempat
sampahnya juga sudah tersedia, dan apa kata bu kepala sekolahnya? Hal ini
dicapai hanya dalam proses edukasi selama 3 hari saja. Kuncinya adalah siapkan dulu infrastuktur dan
sistemnya, anak-anak sangat gampang untuk di edukasi jika semua sudah kita
siapkan katanya. Benar-benar satu contoh
real yang sebenarnya sangat bisa diduplikasi.
Kami dijamu makan siang oleh sekolah tersebut namun hanya
orang Indonesia yang ga bisa makan siang disana karena mereka measak babi nya
bersamaan. Terima kasih kembali pada ibu kepala sekolah dan kuya Froi yang
sudah memberitahu kami untuk tidak makan disana. Saya memilih minuman saja untuk menghargai
tawaran mereka.
Setelah itu kami mengunjungi TPA sementara, dan dibanding
dengan TPA dan TPS yang ada dikita mereka jauh lebih bersih. Setelah itu kami makan siang di kator
walikota kembali dan pamit pulang pada semua karena kami harus bergegas ke
bandara untuk terbang kembali ke Indonesia.
Saat itu terasa sangat mengharukan karena ternyata walaupun
kebersamaan kami selama beberapa hari saja tapi berat terasa untuk berpisah
bersama teman-teman yang punya semangat dan cita-cita yang sama. Peluk erat dan jabat hangat sahabat seperjuangan dalam mewujudkan
dunia yang lebih baik. Bye bye friends
see u in Bandung next year insyaa Allah.