Selasa, 17 Desember 2024

Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kabupaten Garut melalui Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan)

Permasalahan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Garut

Sampah merupakan salah satu masalah krusial di Kabupaten Garut, seperti halnya di banyak kota lainnya di Indonesia. Dengan timbulan sampah mencapai 1.200 ton/hari, kemampuan layanan pengangkutan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Garut hanya sekitar 250 ton/hari, mencakup 13 kecamatan yang belum sepenuhnya tersentuh hingga tingkat RW.

Peristiwa darurat sampah tahun 2019 akibat overload TPA Pasirbajing menjadi pelajaran penting. Selain itu, kejadian kebakaran di TPA Pasirbajing pada pertengahan 2023 menegaskan perlunya sistem pengelolaan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Sesuai dengan Jakstrada (Kebijakan dan Strategi Daerah), Kabupaten Garut menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sebesar 70% pada tahun 2025. Namun, keterbatasan anggaran, armada, dan SDM menjadi tantangan besar dalam mencapai target ini.

Solusi melalui Kang Raling

Untuk menjawab tantangan ini, Pemerintah Kabupaten Garut melalui DLH merancang program unggulan Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan) sebagai langkah inovatif dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Tujuan Kang Raling:

  1. Mengurangi Sampah ke TPA: Membatasi jumlah sampah yang diangkut ke TPA dengan pengelolaan sedekat mungkin dengan sumbernya.
  2. Menghilangkan Sampah Liar: Mengurangi titik-titik pembuangan liar melalui sistem berbasis komunitas.
  3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat: Mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah.
  4. Membangun Model Berkelanjutan: Menyediakan contoh sistem pengelolaan sampah yang efektif di tingkat RW atau desa.

Strategi dan Implementasi Kang Raling

Program Kang Raling dirancang berdasarkan prinsip desentralisasi pengelolaan sampah sesuai UU No. 18 Tahun 2008. Beberapa strategi yang diterapkan meliputi:

  1. Pendampingan RW/Desa
    • Melakukan edukasi tentang pemilahan sampah (organik, anorganik, dan residu).
    • Membentuk kelompok masyarakat seperti KSM, pengelola kompos, dan pengolah daur ulang.
  2. Pengelolaan Sampah di Tingkat Sumber
    • Sampah organik diolah menjadi kompos atau eco-enzyme.
    • Sampah anorganik dikumpulkan untuk didaur ulang melalui bank sampah, sedekah sampah  atau kerajinan kreatif.
    • Residu sebaiknya dikelola oleh pemerintah ke TPA atau dikelola komunal khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan daripada di bakar oleh masing-masing warga atau berakhir di sungai atau lahan kosong. 
  3. Model Kolaborasi Pentahelix
    Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan media, untuk memastikan keberlanjutan program.
  4. Monitoring dan Evaluasi
    • Mengukur keberhasilan berdasarkan pengurangan timbulan sampah dan peningkatan partisipasi masyarakat.
    • Menggunakan Kang Raling sebagai pilot project untuk diterapkan di wilayah lain.

Dampak dan Harapan

Kang Raling telah menunjukkan dampak positif, seperti:

  • Penurunan sampah liar di beberapa kawasan.
  • Peningkatan ekonomi warga melalui pengolahan sampah bernilai jual.
  • Kesadaran lingkungan yang meningkat di kalangan masyarakat.

Ke depan, program ini diharapkan dapat menjadi solusi model pengelolaan sampah yang dapat direplikasi, menjadikan Kabupaten Garut lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan.

#KangRaling #GarutBersih 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar