Rabu, 18 Desember 2024



Pengalaman menghadiri Zerowaste International Conference

Seminggu menjelang keberangkatan saya baru di kontak Teh Ria, saya tentu saja senang tapi juga bingung karena harus mengatur jadwal ngajar dan kegiatan lainnya yang berakhir meliburkan siswa sebagian demi ikut rombongan Zerowaste Metro Bandung
Perjalanan di mulai Senin, 23 januari 2017 kami datang masing-masing beda waktu karena kami menyelesaikan dulu beberapa pekerjaan masing-masing.  Tepat jam 22.00 WIB kami semua sudah berkumpul di  bandara Soekarno Hatta untuk cek in karena kami akan menuju ke kota Manila untuk menghadiri undangan “13th Zerowaste International Conference” dari Mother Earth Foundation Dalam Rangka “Zero Waste Month”
Kami makan malam di Bandara setelah boarding dan menunggu saatnya terbang, tepat   jam 00.45 pesawat kami mulai bergerak menuju bandara internasional Ninoy Aquino International Airport dan tiba disana jam 05.55 waktu setempat.  Manila satu jam lebih dulu dari Bandung.  Kami tiba di bandara dan  di jemput langsung oleh Mr Froilan Grate dari Mother Earth Foundation  dan makan pagi di foodcourt bandara.  Saya merasa sangat semangat karena ingin mencoba makanan khas philipina yang bernama halo-halo yang ternyata di semacam es campur namun mereka punya ciri khas sesuatu yang bernama UBE, dibuat dari ubi ungu juga camporado bubur coklat.

Setelah urusan bandara dan perut selesai kamipun menuju hotel  Microtel, Eastwood yang terletak Di Eulogio Rodriguezjunior Avenue Quezon City sekitar 1 jam dari Airport.  Kami beristirahat sejenak dan dipersilahkan untuk acara bebas sampai jam 17.00. Pak David memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya di kamar hotel sementara kami ber-5 memilih untuk mencari makan siang di mall terdekat.  Ternyata kami menemukan kesulitan dalam mencari makanan halal karena ternyata hampir semua foodcourt disana menjual masakan daging babi.  Akhirnya kami semua memilih jalan aman dengan membeli jus buah saja dan sedikit window shopping dan mencoba moda transport khas Manila yaitu jeepney.  Sejenis oplet panjang yang asli dibuat di dalam negri dengan desain yang lucu-lucu dan dengan ongkos yang sangat murah hanya 7 peso saja seorang. 
Malam itu kami dijamu makan malam bersama para delegasi dari berbagai negara yang sudah sampai di kota Quezon Manila.  Sungguh diluar dugaan bahwa ternyata kami dari Indonesia merupakan rombongan yang cukup besar dengan total 11 orang sedangkan dari negara lain cukup 1-2 orang saja.  Mengapa special? Karena Bandung, Soreang dan Cimahi dari Indonesia ingin menduplikasi success story kota San Fernando dalam hal pengelolaan sampahnya.  Dan yang lebih special lagi karena ada 2 pembicara dari Indonesia.
Malam itu digunakan sebagai ajang perkenalan kami dengan para aktivis lingkungan dan para zerowaste-ers dunia.  Mereka yang disana adalah orang-orang yang akan menjadi pembicara di acara 13th Zerowaste International Conference ini. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga buat saya khususnya karena bisa berinteraksi dan saling update tentang kegiatan lingkungan di berbagai negara.
Hari yang dinantipun tiba di Bahay Ng Alumni, Magsaysay Avenue University Of Philipines  dan kami duduk di round table dan siap mengikuti parade pembicara-pembicara hebat.  Subhanallah sungguh sangat senang mengetahui perkembangan dunia per-zerowaste-an di belahan lain di dunia.  Kesamaan menyatukan kami dan kesamaan tujuan membuat kami merasa satu barisan yang sangat kuat. Hal ini menambah  semangat saya untuk bisa mewujudkannya di sini di kotaku tercinta Bandung.
Banyak hal yang bisa kami jadikan pelajaran dan banyak hal yang membuat kami merasa perlu untuk berbuat dan meneruskan kegiatan kami dengan satu keyakinan bahwa ini sangat bisa kita lakukan dengan kolaborasi dan sinergi antar lembaga yang kuat dan kokoh kita bisa. 
Pengelolaan sampah bukan masalah teknologi tinggi tapi butuh keseriusan dari semua pihak.  Hal ini semakin menguat saat bincang-bincang di meja makan saat dinner di rumahnya Mrs. Sonia Mendoza suasana kekeluargaan mencair sehingga membuat kami bisa berkomunikasi segala hal.  Saya merasa sangat beruntung telah mengenal mereka dan bisa berinteraksi langsung bersama mereka.  Dan satu kekuatan kami adalah kami semua mengagumi orang yang sama yaitu Opa Paul Connet bapa zerowaste sedunia. Sehingga saat berpisah malam itu terasa berat karena kami masih ingin banyak ngobrol namun malam sudah semakin larut dan kami harus mempersiapkan fisik kami untuk kegiatan esok harinya. Bye my friends see you tomorrow.
Hari ketiga kami berkemas dan harus cek out karena kami akan pindah kota untuk menginap malam ini.  Pagi itu kami mengunjungi salah satu MRF  di  barangay Fort Bonifacio, Taguig trotoar yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah illegal dan jorok telah disulap menjadi taman yang sangat asri dilengkapi dengan fasilitas edukasi, pembibitan,  pengomposan, berkebun dan yang sangat amazing  adalah sampah yang dihasilkan penduduk situ dalam cakupan satu barangay (kelurahan) hanya beberapa karung saja sebagai residunya.  Mereka sudah bisa memilah sampah dari rumahnya dan para collector nya menarik sampah sesuai jenisnya.  Subhanallah negri yang mayoritas non muslim pun bisa kok masa kita ga, yuk ah jangan hanya slogan “kebersihan sebagian dari iman” teh.
Di barangay ini pendanaan dari kelurahan langsung dan para petugas kelurahannya pun ikut menyambut kami disana. Sedangkan warga tidak dipungut biaya asal sampahnya sudah terpilah free tapi “no segregation no collection” loh artinya klo sampahnya tidak terpilah maka ga akan diambil, tidak  ada alasan untuk tidak memilah karena tidak ada kesempatan  untuk warga membuang sampahnya selain di collect sama petugas nya. Semoga kita pun bisa melaksanakan hali ini agar Bandung bisa lebih baik dan sungainya tidak lagi kotor.
Kami makan siang di mall dengan menu sea food, terus terang dari semua jam makan sejak kami sampai pilipina saat inilah makan kami yang paling enak dan puas. Terima kasih kuya Froi atas jamuannya.
Setelah makan siang kami pergi ke MRF di Barangay Potrero In Malabon City.  Disana pun kami melihat simulasi warga memilah dan meng-collect sampahnya sampai pengolahan nya di MRF.  Sungguh sangat menakjubkan mereka bisa melakukannya.
Setelah itu kami bersama-sama pergi ke kota san Fernando dan cek in di hotel Bliss untuk sejenak melepas lelah. Kami mandi dan shalat saja kemudian pergi makan malam bersama, lagi-lagi makan malam jadi ajang interaksi bertukar cerita yang asik. Karena itu kami padat dan penuh dengan aktivitas luar maka kami dihimbau untuk segera pulang dan beristirahat karena esok hari kami masih ada jadwal kegiatan.
Akhirnya sampailah kami dihari terakhir di Philipina.  Kami menghadiri Zerowaste Cities Forum Di San Fernando City In Pampanga yang langsung dibuka oleh wali kota nya langsung dan dihadiri oleh para barangay kapten (lurah), dan para penggiat lingkungan disana.  Suanana nya sangat cair dan santai.  Setelah pak walikota membuka acara tersebut khusus rombongan Indonesia diterima  untuk audiensi dengan pak walikota san Fernando dan yang lainnya meneruskan acara. 
Audiensi berjalan dengan santai dan subhanallah penjelasannya sangat jelas dan saya sangat kagum dengan sosok walikota ini yang punya visi, misi dan etos kerja yang baik, sehingga kota san Fernando ini menjadi kota pertama di philipina yang berhasil mengelola sampahnya dengan tingkat reduksi paling besar.
Selesai audiensi kami semua beserta para delegasi dari berbagai negara lain mengunjungi satu sekolah yang dipimpin oleh satu suster yang humble, subhanallah sekolah ini berhasil mereduksi sampah yang dikirim ke TPS sebanyak 95% amazing. Caranya seperti apa? Dengan memilah sejak dari sumbernya.  Dikantinnya sebagai sumber dari datangnya sampah terbesar tidak ada kemasan. Mereka menyediakan makanan siap saji sehat dan tanpa kemasan.  Pring, gelas, sendok, garpu semuanya yang bisa dicuci.  Jika anak-anak selesai makan-minum maka mereka akan memilah sampahnya sendiri ditempat yang disediakan bahkan jika mereka ingin membantu mencuci langsung pun ada tempatnya. 
Semua sampah yang ada disana sudah terpilah dan tempat sampahnya juga sudah tersedia, dan apa kata bu kepala sekolahnya? Hal ini dicapai hanya dalam proses edukasi selama 3 hari saja.  Kuncinya adalah siapkan dulu infrastuktur dan sistemnya, anak-anak sangat gampang untuk di edukasi jika semua sudah kita siapkan katanya.  Benar-benar satu contoh real yang sebenarnya sangat bisa diduplikasi. 
Kami dijamu makan siang oleh sekolah tersebut namun hanya orang Indonesia yang ga bisa makan siang disana karena mereka measak babi nya bersamaan. Terima kasih kembali pada ibu kepala sekolah dan kuya Froi yang sudah memberitahu kami untuk tidak makan disana.  Saya memilih minuman saja untuk menghargai tawaran mereka. 
Setelah itu kami mengunjungi TPA sementara, dan dibanding dengan TPA dan TPS yang ada dikita mereka jauh lebih bersih.   Setelah itu kami makan siang di kator walikota kembali dan pamit pulang pada semua karena kami harus bergegas ke bandara untuk terbang kembali ke Indonesia. 
Saat itu terasa sangat mengharukan karena ternyata walaupun kebersamaan kami selama beberapa hari saja tapi berat terasa untuk berpisah bersama teman-teman yang punya semangat dan cita-cita yang sama.  Peluk erat dan jabat  hangat sahabat seperjuangan dalam mewujudkan dunia yang lebih baik.   Bye bye friends see u in Bandung next year insyaa Allah.


Selasa, 17 Desember 2024

Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kabupaten Garut melalui Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan)

Permasalahan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Garut

Sampah merupakan salah satu masalah krusial di Kabupaten Garut, seperti halnya di banyak kota lainnya di Indonesia. Dengan timbulan sampah mencapai 1.200 ton/hari, kemampuan layanan pengangkutan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Garut hanya sekitar 250 ton/hari, mencakup 13 kecamatan yang belum sepenuhnya tersentuh hingga tingkat RW.

Peristiwa darurat sampah tahun 2019 akibat overload TPA Pasirbajing menjadi pelajaran penting. Selain itu, kejadian kebakaran di TPA Pasirbajing pada pertengahan 2023 menegaskan perlunya sistem pengelolaan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Sesuai dengan Jakstrada (Kebijakan dan Strategi Daerah), Kabupaten Garut menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sebesar 70% pada tahun 2025. Namun, keterbatasan anggaran, armada, dan SDM menjadi tantangan besar dalam mencapai target ini.

Solusi melalui Kang Raling

Untuk menjawab tantangan ini, Pemerintah Kabupaten Garut melalui DLH merancang program unggulan Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan) sebagai langkah inovatif dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Tujuan Kang Raling:

  1. Mengurangi Sampah ke TPA: Membatasi jumlah sampah yang diangkut ke TPA dengan pengelolaan sedekat mungkin dengan sumbernya.
  2. Menghilangkan Sampah Liar: Mengurangi titik-titik pembuangan liar melalui sistem berbasis komunitas.
  3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat: Mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah.
  4. Membangun Model Berkelanjutan: Menyediakan contoh sistem pengelolaan sampah yang efektif di tingkat RW atau desa.

Strategi dan Implementasi Kang Raling

Program Kang Raling dirancang berdasarkan prinsip desentralisasi pengelolaan sampah sesuai UU No. 18 Tahun 2008. Beberapa strategi yang diterapkan meliputi:

  1. Pendampingan RW/Desa
    • Melakukan edukasi tentang pemilahan sampah (organik, anorganik, dan residu).
    • Membentuk kelompok masyarakat seperti KSM, pengelola kompos, dan pengolah daur ulang.
  2. Pengelolaan Sampah di Tingkat Sumber
    • Sampah organik diolah menjadi kompos atau eco-enzyme.
    • Sampah anorganik dikumpulkan untuk didaur ulang melalui bank sampah, sedekah sampah  atau kerajinan kreatif.
    • Residu sebaiknya dikelola oleh pemerintah ke TPA atau dikelola komunal khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan daripada di bakar oleh masing-masing warga atau berakhir di sungai atau lahan kosong. 
  3. Model Kolaborasi Pentahelix
    Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan media, untuk memastikan keberlanjutan program.
  4. Monitoring dan Evaluasi
    • Mengukur keberhasilan berdasarkan pengurangan timbulan sampah dan peningkatan partisipasi masyarakat.
    • Menggunakan Kang Raling sebagai pilot project untuk diterapkan di wilayah lain.

Dampak dan Harapan

Kang Raling telah menunjukkan dampak positif, seperti:

  • Penurunan sampah liar di beberapa kawasan.
  • Peningkatan ekonomi warga melalui pengolahan sampah bernilai jual.
  • Kesadaran lingkungan yang meningkat di kalangan masyarakat.

Ke depan, program ini diharapkan dapat menjadi solusi model pengelolaan sampah yang dapat direplikasi, menjadikan Kabupaten Garut lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan.

#KangRaling #GarutBersih 

Sabtu, 14 Desember 2024

🌱 Refleksi Perjalanan Ecological Leadership : Menciptakan Masa Depan yang Lebih Baik 🌱

 Empat tahun terakhir ini saya menjadi kordinator fasilitator program kampung Ramah Lingkungan DLH Garut. Keseharianku bergerak dalam isu lingkungan dan seringkali menemukan hal-hal yang sangat menggangu pikiran dan perasaan di lapangan  karena merasa tidak sesuai dengan pengetahuan saya tentang gaya hidup berkelanjutan. Dan itu yang membuatku memberanikan diri mengikuti pelatihan Ecological Leadership selama 4 hari 3 malam.  Ini  menjadi pengalaman yang sangat berarti buatku karena kami  ber-7 mengikuti kegiatan privat dan  intensif yang sarat dengan ilmu dan pengetahuan juga  refleksi.

Selama mengikuti kegiatan Ecological Leadership, saya merasakan perjalanan yang begitu mendalam, tidak hanya untuk memahami alam, tetapi juga untuk mengenali diri sendiri sebagai bagian dari semesta ciptaan Allah SWT. Saya memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan tentang kosmologi. Pemahaman tentang kosmologi memperluas pandangan saya tentang posisi manusia dalam semesta, bahwa semua makhluk/benda  di alam semesta ini semuanya terhubung. Ini menyadarkan kami    bahwa manusia adalah bagian yang  tak terpisahkan dari seluruh ciptaan Allah. Dan manusia menjadi bagian dari jaringan kehidupan yang lebih besar. Saya adalah bagian kecil dari ciptaan Allah yang ada di jagad raya, seperti sebutir debu di lapangan bola. Dan  setiap elemen baik yang di langit atau di bumi seperti matahari, udara, tanah, air,  tumbuhan, dan hewan saling terhubung dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan. Kesadaran ini mengingatkan saya untuk lebih menghormati, melindungi, dan menjaga alam sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Saya memahami pentingnya membangun hubungan yang harmonis dengan alam dan mengikuti ritme kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah.

Banyak  pengalaman, pemahaman, dan kesadaran yang ada selama ini semakin tumbuh dan menguat selama mengikuti  kegiatan ini.  Salah satu momen yang selalu berkesan jika berkegiatan Bersama ecocamp adalah kegiatan yang membantu saya untuk reconnect to the earth. Dengan kaki telanjang saya menyentuh tanah, tangan menyentuh pohon, dan hati yang terbuka, saya merasakan kedamaian yang mendalam. Saya diajak untuk merenungkan bagaimana bumi menyediakan segala kebutuhan kita, tetapi sering kali kita lupa untuk merawatnya. Momen ini mengajarkan saya pentingnya hubungan yang saling memberi antara manusia dan bumi.

Saya menyadari bahwa untuk mengatasi tantangan ekologi yang kita hadapi bukan lagi tentang eksploitasi dan dominasi, tetapi tentang kerja sama, penghormatan, dan keberlanjutan. Saya terinspirasi untuk menjadi bagian dari perubahan, mengangkat cerita-cerita baru yang menanamkan harapan dan semangat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dari banyak buku yang Romo Ferry sebutkan, saya tertarik untuk membuka buku “Not the End of the World” karya Hannah Ritchie.  Buku ini mengajak kita untuk melihat isu-isu lingkungan melalui sudut pandang yang lebih positif dan berbasis data. Ritchie tidak membawa  narasi yang pesimistis dan penuh keputusasaan tentang perubahan iklim, tetapi dengan menunjukkan bahwa kemajuan signifikan telah dicapai dalam berbagai aspek lingkungan. Hannah Ritchie menggambarkan dunia sebagai tempat yang sedang menuju perbaikan, dengan syarat kita terus mengambil tindakan kolektif yang tepat.

Dalam bukunya Hannah Ritchie memberikan harapan bahwa dunia bisa mencapai keberlanjutan sejati sekaligus memberikan panduan praktis bagi individu dan komunitas untuk membuat perubahan nyata menuju keberlanjutan. Ritchie juga mengidentifikasi langkah-langkah yang paling efektif untuk mempercepat kemajuan.  Dan yang paling cepat yang bis akita lakukan adalah dengan advokasi, bagaimana kitab isa mempercepat ini dengan mendorong pemerintah membuat kebijakan agar kita punya Gerakan kolektif.

Kutipan  yang berbunyi, "Leadership is the burning desire to create a better future and never giving up on it," sangat menggugah hati saya. Kepemimpinan yang sejati adalah tentang memiliki semangat yang membara untuk menciptakan perubahan, meskipun menghadapi banyak tantangan. Selama kegiatan ini, saya belajar bahwa menjadi pemimpin ekologi bukan hanya tentang memimpin orang lain, tetapi juga tentang memimpin diri sendiri untuk hidup lebih selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan.

Kegiatan Ecological Leadership ini membuka mata, hati, dan pikiran saya untuk memahami bahwa manusia adalah bagian dari jaringan kehidupan yang indah. Kesadaran ini menjadi motivasi saya untuk terus bergerak, menginspirasi, dan berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik – masa depan yang menghormati semua ciptaan Allah dan menjaga keseimbangan semesta.

Melalui diskusi yang mendalam, saya belajar bahwa kepemimpinan ekologis bukan hanya soal tindakan, tapi juga bagaimana kita menginspirasi orang lain untuk peduli pada lingkungan.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan ilmu baru, tapi juga memperkuat komitmen saya untuk terus bergerak demi bumi yang lebih baik. Terima kasih Ecological Leadership atas pengalaman luar biasa ini! ayo kita mulai dari langkah kecil di rumah masing-masing. Bersama, kita bisa menciptakan perubahan besar!

 

Tini Martini Tapran

@tini_zerowaste

 

Rabu, 11 Desember 2024

🌱 Isi Piringku yang Sehat, Seimbang, dan Ramah Lingkungan 🌱

Sebagai bagian dari gaya hidup ramah lingkungan, sebaiknya kita  selalu memastikan bahwa isi piringku bukan hanya sehat untuk tubuh, tapi juga selaras dengan alam. Berikut adalah saran-saran atau panduan  yang bisa kita  terapkan:

🍚 Karbohidrat Sehat:    Pilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang rebus, atau singkong yang diambil langsung dari kebun lokal. Selain lebih sehat, ini juga mendukung petani kecil di sekitar kita.

🥗 Sayur-Sayuran Beragam:   Setengah piring selalu diisi dengan sayuran segar, seperti bayam, wortel, atau kangkung. Sebaiknya sSayuranya berasal dari hasil panen dari kebun sendiri atau  komunitas  yang menggunakan kompos organik agar kita dapat memastikan tanpa pupuk  dan pestisida kimia.

🍳 Protein Nabati dan Hewani:  Mengombinasikan tahu, tempe, kacang-kacangan, serta sesekali ikan atau telur sebagai sumber protein. Sevaiknya semuanya dipilih dan didapat  dari pasar lokal untuk meminimalkan jejak karbon.

🍎 Buah-Buahan Musiman:   Untuk pencuci mulut, ayo memilih buah-buahan musiman seperti pisang, pepaya, atau mangga. Selain segar, buah musiman mengurangi penggunaan bahan pengawet dan transportasi jarak jauh.

💧 Air Minum:  Jangan lupa, air putih selalu jadi pilihan utama untuk hihidrasi.   Pastikan menghindari minuman kemasan agar mengurangi sampah plastik dan menjaga kadar gula untuk   kesehatan. 

✨ Dengan mengikuti ppola Isi Piringku ini, kita  berharap bisa menjaga kesehatan sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan. 

Yuk, mulai dari langkah kecil di meja makan kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik!


Bagaimana isi piringmu hari ini? 🌍💚



Selasa, 10 Desember 2024

Kerjasama atau Sama-Sama Bekerja?

ini adalah refleksi akhir tahunku, dalam menjalani berbagai aktivitas, terutama di lingkungan komunitas atau tim, sering kali kita mendengar istilah "kerjasama" dan "sama-sama bekerja." Meski terdengar mirip, keduanya memiliki makna dan dampak yang sangat berbeda.


Dari literatur, sama-sama bekerja berarti setiap individu melakukan tugasnya masing-masing, namun tidak saling terhubung secara sinergis. Semua berjalan sesuai arahan, tetapi tanpa ada koordinasi yang mendalam. Hasilnya? Tugas selesai, tetapi sering kali ada rasa lelah tanpa kepuasan kolektif. Tidak jarang juga, hasilnya kurang optimal karena kurangnya komunikasi dan rasa kebersamaan.

Kerjasama adalah tentang sinergi, saling mendukung, kolaborasi  dan mencapai tujuan bersama. Dalam kerjasama, setiap individu bukan hanya fokus pada tugasnya, tetapi juga memperhatikan bagaimana kontribusinya bisa melengkapi yang lain. Ada dialog, saling percaya, dan rasa memiliki terhadap hasil akhir.

Lalu mana yang Lebih Berdampak? Menurutku, aku pilih bekerjasama karena   memiliki dampak yang lebih besar. 

Dari literatur yang aku kutip, dengan kerjasama:

1. Efisiensi Terjaga: Setiap orang tahu peran masing-masing dan bagaimana peran itu mendukung keseluruhan tujuan.

2. Hasil yang Optimal: Ide dan upaya digabungkan untuk menciptakan hasil yang lebih baik daripada sekadar menjumlahkan kontribusi individu.

3. Kebersamaan yang Kuat: Kerjasama menciptakan rasa kepemilikan dan kebanggaan kolektif yang mempererat hubungan antaranggota.

4. Dampak Jangka Panjang: Hubungan yang terjalin melalui kerjasama mampu membangun kepercayaan dan komitmen untuk keberlanjutan.

Nah refleksi dan akhirnya melahirkan resolusi 2025 ku tahun ini adalah bagaimana mewujudkan kerjasama yang efektif dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan bertanggungjawab jawab? 

1. Bangun Komunikasi yang Terbuka: Memastikan semua pihak merasa didengar dan dihargai. Juga faham akan tahapan yang akan kita lakukan sepanjang 2025. 

2. Fokus pada Tujuan Bersama: Berusaha untuk menjauhkan ego pribadi, fokuslah pada visi yang ingin dicapai bersama, ini penting agar semua orang bisa saling membantu bahu membahu mewujudkan tujuan. 

3. Pembagian Peran yang Jelas dengan mentukan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih,  koordinasi yang baik akan sangat membantu. 

4. Menghargai proses bukan hanya hasil,  mungkin perlu ada sedikit selebrasi dan apresiasi dari  setiap usaha, sekecil apa pun, untuk menjaga motivasi tim.

Bismillah,  semoga 2024 kita tidak  "sama-sama bekerja."  tapi beralih ke kerjasama yang, karena di aku yakin akan kekuatan perubahan yang sebenarnya. Bersama-sama kita bisa lebih baik, lebih kuat, dan lebih berdampak!

Kita adalah potongan puzzle yang akan membuat gambar yang indah bersama-sama,  ga ada ceritanya kita hebat karena sendirian. 

Tolong ingatkan aku ya jika aku keluar jalur di tahun 2025 ini agar kita bisa lebih mudah menciptakan perubahan nyata menuju keberlanjutan