kembali menulis setelah sekian lama tidak menulis adalah sesuatu yang sepertinya akan di mulai dari awal dan belajar untuk tetap konsisten menulis
Rabu, 18 Desember 2024
Selasa, 17 Desember 2024
Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kabupaten Garut melalui Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan)
Permasalahan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Garut
Sampah merupakan salah satu masalah krusial di Kabupaten
Garut, seperti halnya di banyak kota lainnya di Indonesia. Dengan timbulan
sampah mencapai 1.200 ton/hari, kemampuan layanan pengangkutan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Garut hanya sekitar 250 ton/hari, mencakup 13
kecamatan yang belum sepenuhnya tersentuh hingga tingkat RW.
Peristiwa darurat sampah tahun 2019 akibat overload TPA
Pasirbajing menjadi pelajaran penting. Selain itu, kejadian kebakaran di
TPA Pasirbajing pada pertengahan 2023 menegaskan perlunya sistem pengelolaan
yang lebih baik dan berkelanjutan.
Sesuai dengan Jakstrada (Kebijakan dan Strategi Daerah),
Kabupaten Garut menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan
sebesar 70% pada tahun 2025. Namun, keterbatasan anggaran, armada, dan SDM
menjadi tantangan besar dalam mencapai target ini.
Solusi melalui Kang Raling
Untuk menjawab tantangan ini, Pemerintah Kabupaten Garut melalui DLH merancang program unggulan Kang Raling (Kampung Ramah Lingkungan) sebagai langkah inovatif dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Tujuan Kang Raling:
- Mengurangi
Sampah ke TPA: Membatasi jumlah sampah yang diangkut ke TPA dengan
pengelolaan sedekat mungkin dengan sumbernya.
- Menghilangkan
Sampah Liar: Mengurangi titik-titik pembuangan liar melalui sistem
berbasis komunitas.
- Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat: Mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk
berperan aktif dalam pengelolaan sampah.
- Membangun
Model Berkelanjutan: Menyediakan contoh sistem pengelolaan sampah yang
efektif di tingkat RW atau desa.
Strategi dan Implementasi Kang Raling
Program Kang Raling dirancang berdasarkan prinsip
desentralisasi pengelolaan sampah sesuai UU No. 18 Tahun 2008. Beberapa
strategi yang diterapkan meliputi:
- Pendampingan
RW/Desa
- Melakukan
edukasi tentang pemilahan sampah (organik, anorganik, dan residu).
- Membentuk
kelompok masyarakat seperti KSM, pengelola kompos, dan
pengolah daur ulang.
- Pengelolaan
Sampah di Tingkat Sumber
- Sampah
organik diolah menjadi kompos atau eco-enzyme.
- Sampah
anorganik dikumpulkan untuk didaur ulang melalui bank sampah, sedekah sampah atau
kerajinan kreatif.
- Residu sebaiknya dikelola oleh pemerintah ke TPA atau dikelola komunal khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan daripada di bakar oleh masing-masing warga atau berakhir di sungai atau lahan kosong.
- Model
Kolaborasi Pentahelix
Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan media, untuk memastikan keberlanjutan program. - Monitoring
dan Evaluasi
- Mengukur
keberhasilan berdasarkan pengurangan timbulan sampah dan peningkatan
partisipasi masyarakat.
- Menggunakan
Kang Raling sebagai pilot project untuk diterapkan di wilayah lain.
Dampak dan Harapan
Kang Raling telah menunjukkan dampak positif, seperti:
- Penurunan
sampah liar di beberapa kawasan.
- Peningkatan
ekonomi warga melalui pengolahan sampah bernilai jual.
- Kesadaran
lingkungan yang meningkat di kalangan masyarakat.
Ke depan, program ini diharapkan dapat menjadi solusi model
pengelolaan sampah yang dapat direplikasi, menjadikan Kabupaten Garut lebih
bersih, sehat, dan ramah lingkungan.
Sabtu, 14 Desember 2024
🌱 Refleksi Perjalanan Ecological Leadership : Menciptakan Masa Depan yang Lebih Baik 🌱
Empat tahun terakhir ini saya menjadi kordinator fasilitator program kampung Ramah Lingkungan DLH Garut. Keseharianku bergerak dalam isu lingkungan dan seringkali menemukan hal-hal yang sangat menggangu pikiran dan perasaan di lapangan karena merasa tidak sesuai dengan pengetahuan saya tentang gaya hidup berkelanjutan. Dan itu yang membuatku memberanikan diri mengikuti pelatihan Ecological Leadership selama 4 hari 3 malam. Ini menjadi pengalaman yang sangat berarti buatku karena kami ber-7 mengikuti kegiatan privat dan intensif yang sarat dengan ilmu dan pengetahuan juga refleksi.
Selama mengikuti kegiatan
Ecological Leadership, saya merasakan perjalanan yang begitu mendalam, tidak
hanya untuk memahami alam, tetapi juga untuk mengenali diri sendiri sebagai
bagian dari semesta ciptaan Allah SWT. Saya memperoleh banyak ilmu dan
pengetahuan tentang kosmologi. Pemahaman tentang kosmologi memperluas pandangan
saya tentang posisi manusia dalam semesta, bahwa semua makhluk/benda di alam semesta ini semuanya terhubung. Ini
menyadarkan kami bahwa manusia adalah
bagian yang tak terpisahkan dari seluruh
ciptaan Allah. Dan manusia menjadi bagian dari jaringan kehidupan yang lebih
besar. Saya adalah bagian kecil dari ciptaan Allah yang ada di jagad raya, seperti
sebutir debu di lapangan bola. Dan setiap
elemen baik yang di langit atau di bumi seperti matahari, udara, tanah,
air, tumbuhan, dan hewan saling
terhubung dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan.
Kesadaran ini mengingatkan saya untuk lebih menghormati, melindungi, dan
menjaga alam sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Saya memahami
pentingnya membangun hubungan yang harmonis dengan alam dan mengikuti ritme
kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Banyak pengalaman, pemahaman, dan kesadaran yang ada
selama ini semakin tumbuh dan menguat selama mengikuti kegiatan ini.
Salah satu momen yang selalu berkesan jika berkegiatan Bersama ecocamp adalah
kegiatan yang membantu saya untuk reconnect to the earth. Dengan kaki telanjang
saya menyentuh tanah, tangan menyentuh pohon, dan hati yang terbuka, saya
merasakan kedamaian yang mendalam. Saya diajak untuk merenungkan bagaimana bumi
menyediakan segala kebutuhan kita, tetapi sering kali kita lupa untuk merawatnya.
Momen ini mengajarkan saya pentingnya hubungan yang saling memberi antara
manusia dan bumi.
Saya menyadari bahwa untuk
mengatasi tantangan ekologi yang kita hadapi bukan lagi tentang eksploitasi dan
dominasi, tetapi tentang kerja sama, penghormatan, dan keberlanjutan. Saya
terinspirasi untuk menjadi bagian dari perubahan, mengangkat cerita-cerita baru
yang menanamkan harapan dan semangat untuk menciptakan masa depan yang lebih
baik. Dari banyak buku yang Romo Ferry sebutkan, saya tertarik untuk membuka
buku “Not the End of the World” karya Hannah Ritchie. Buku ini mengajak kita untuk melihat isu-isu
lingkungan melalui sudut pandang yang lebih positif dan berbasis data. Ritchie tidak
membawa narasi yang pesimistis dan penuh
keputusasaan tentang perubahan iklim, tetapi dengan menunjukkan bahwa kemajuan
signifikan telah dicapai dalam berbagai aspek lingkungan. Hannah Ritchie
menggambarkan dunia sebagai tempat yang sedang menuju perbaikan, dengan syarat
kita terus mengambil tindakan kolektif yang tepat.
Dalam bukunya Hannah Ritchie memberikan harapan bahwa dunia bisa mencapai keberlanjutan sejati sekaligus memberikan panduan praktis bagi individu dan komunitas untuk membuat perubahan nyata menuju keberlanjutan. Ritchie juga mengidentifikasi langkah-langkah yang paling efektif untuk mempercepat kemajuan. Dan yang paling cepat yang bis akita lakukan adalah dengan advokasi, bagaimana kitab isa mempercepat ini dengan mendorong pemerintah membuat kebijakan agar kita punya Gerakan kolektif.
Kutipan yang berbunyi, "Leadership is the
burning desire to create a better future and never giving up on it,"
sangat menggugah hati saya. Kepemimpinan yang sejati adalah tentang memiliki
semangat yang membara untuk menciptakan perubahan, meskipun menghadapi banyak
tantangan. Selama kegiatan ini, saya belajar bahwa menjadi pemimpin ekologi
bukan hanya tentang memimpin orang lain, tetapi juga tentang memimpin diri
sendiri untuk hidup lebih selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan.
Kegiatan Ecological Leadership
ini membuka mata, hati, dan pikiran saya untuk memahami bahwa manusia adalah
bagian dari jaringan kehidupan yang indah. Kesadaran ini menjadi motivasi saya
untuk terus bergerak, menginspirasi, dan berkontribusi dalam menciptakan masa
depan yang lebih baik – masa depan yang menghormati semua ciptaan Allah dan
menjaga keseimbangan semesta.
Melalui diskusi yang mendalam,
saya belajar bahwa kepemimpinan ekologis bukan hanya soal tindakan, tapi juga
bagaimana kita menginspirasi orang lain untuk peduli pada lingkungan.
Kegiatan ini tidak hanya
memberikan ilmu baru, tapi juga memperkuat komitmen saya untuk terus bergerak
demi bumi yang lebih baik. Terima kasih Ecological Leadership atas pengalaman
luar biasa ini! ayo kita mulai dari langkah kecil di rumah masing-masing.
Bersama, kita bisa menciptakan perubahan besar!
Tini Martini
Tapran
@tini_zerowaste
Rabu, 11 Desember 2024
🌱 Isi Piringku yang Sehat, Seimbang, dan Ramah Lingkungan 🌱
Sebagai bagian dari gaya hidup ramah lingkungan, sebaiknya kita selalu memastikan bahwa isi piringku bukan hanya sehat untuk tubuh, tapi juga selaras dengan alam. Berikut adalah saran-saran atau panduan yang bisa kita terapkan:
🍚 Karbohidrat Sehat: Pilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang rebus, atau singkong yang diambil langsung dari kebun lokal. Selain lebih sehat, ini juga mendukung petani kecil di sekitar kita.
🥗 Sayur-Sayuran Beragam: Setengah piring selalu diisi dengan sayuran segar, seperti bayam, wortel, atau kangkung. Sebaiknya sSayuranya berasal dari hasil panen dari kebun sendiri atau komunitas yang menggunakan kompos organik agar kita dapat memastikan tanpa pupuk dan pestisida kimia.
🍳 Protein Nabati dan Hewani: Mengombinasikan tahu, tempe, kacang-kacangan, serta sesekali ikan atau telur sebagai sumber protein. Sevaiknya semuanya dipilih dan didapat dari pasar lokal untuk meminimalkan jejak karbon.
🍎 Buah-Buahan Musiman: Untuk pencuci mulut, ayo memilih buah-buahan musiman seperti pisang, pepaya, atau mangga. Selain segar, buah musiman mengurangi penggunaan bahan pengawet dan transportasi jarak jauh.
💧 Air Minum: Jangan lupa, air putih selalu jadi pilihan utama untuk hihidrasi. Pastikan menghindari minuman kemasan agar mengurangi sampah plastik dan menjaga kadar gula untuk kesehatan.
✨ Dengan mengikuti ppola Isi Piringku ini, kita berharap bisa menjaga kesehatan sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Yuk, mulai dari langkah kecil di meja makan kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik!
Bagaimana isi piringmu hari ini? 🌍💚
Selasa, 10 Desember 2024
Kerjasama atau Sama-Sama Bekerja?
ini adalah refleksi akhir tahunku, dalam menjalani berbagai aktivitas, terutama di lingkungan komunitas atau tim, sering kali kita mendengar istilah "kerjasama" dan "sama-sama bekerja." Meski terdengar mirip, keduanya memiliki makna dan dampak yang sangat berbeda.
Dari literatur, sama-sama bekerja berarti setiap individu melakukan tugasnya masing-masing, namun tidak saling terhubung secara sinergis. Semua berjalan sesuai arahan, tetapi tanpa ada koordinasi yang mendalam. Hasilnya? Tugas selesai, tetapi sering kali ada rasa lelah tanpa kepuasan kolektif. Tidak jarang juga, hasilnya kurang optimal karena kurangnya komunikasi dan rasa kebersamaan.
Kerjasama adalah tentang sinergi, saling mendukung, kolaborasi dan mencapai tujuan bersama. Dalam kerjasama, setiap individu bukan hanya fokus pada tugasnya, tetapi juga memperhatikan bagaimana kontribusinya bisa melengkapi yang lain. Ada dialog, saling percaya, dan rasa memiliki terhadap hasil akhir.
Lalu mana yang Lebih Berdampak? Menurutku, aku pilih bekerjasama karena memiliki dampak yang lebih besar.
Dari literatur yang aku kutip, dengan kerjasama:
1. Efisiensi Terjaga: Setiap orang tahu peran masing-masing dan bagaimana peran itu mendukung keseluruhan tujuan.
2. Hasil yang Optimal: Ide dan upaya digabungkan untuk menciptakan hasil yang lebih baik daripada sekadar menjumlahkan kontribusi individu.
3. Kebersamaan yang Kuat: Kerjasama menciptakan rasa kepemilikan dan kebanggaan kolektif yang mempererat hubungan antaranggota.
4. Dampak Jangka Panjang: Hubungan yang terjalin melalui kerjasama mampu membangun kepercayaan dan komitmen untuk keberlanjutan.
Nah refleksi dan akhirnya melahirkan resolusi 2025 ku tahun ini adalah bagaimana mewujudkan kerjasama yang efektif dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan bertanggungjawab jawab?
1. Bangun Komunikasi yang Terbuka: Memastikan semua pihak merasa didengar dan dihargai. Juga faham akan tahapan yang akan kita lakukan sepanjang 2025.
2. Fokus pada Tujuan Bersama: Berusaha untuk menjauhkan ego pribadi, fokuslah pada visi yang ingin dicapai bersama, ini penting agar semua orang bisa saling membantu bahu membahu mewujudkan tujuan.
3. Pembagian Peran yang Jelas dengan mentukan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih, koordinasi yang baik akan sangat membantu.
4. Menghargai proses bukan hanya hasil, mungkin perlu ada sedikit selebrasi dan apresiasi dari setiap usaha, sekecil apa pun, untuk menjaga motivasi tim.
Bismillah, semoga 2024 kita tidak "sama-sama bekerja." tapi beralih ke kerjasama yang, karena di aku yakin akan kekuatan perubahan yang sebenarnya. Bersama-sama kita bisa lebih baik, lebih kuat, dan lebih berdampak!
Kita adalah potongan puzzle yang akan membuat gambar yang indah bersama-sama, ga ada ceritanya kita hebat karena sendirian.
Tolong ingatkan aku ya jika aku keluar jalur di tahun 2025 ini agar kita bisa lebih mudah menciptakan perubahan nyata menuju keberlanjutan