Selasa, 27 Mei 2025

“Jejak Air dan Sampah di Kampung Sumber Sejuk”


Di sebuah kampung kecil bernama Sumber Sejuk, tinggal seorang anak perempuan berusia delapan tahun bernama Tiwi. Tiwi senang bermain air di sungai kecil yang mengalir jernih di belakang rumahnya. Sungai itu bukan hanya tempat bermain, tetapi juga sumber air bersih untuk warga kampung.

Setiap pagi, Tiwi membantu ibunya, Bu Tini, menyiram tanaman dari air sisa cucian beras yang ditampung di ember. Mereka juga memilah sampah rumah tangga: sisa makanan masuk ke tong hijau, plastik ke tong biru, dan popok serta pembalut ke tong abu-abu. Semua itu diajarkan oleh Pak Iman, ketua RW yang juga relawan lingkungan kampung mereka.

Namun suatu hari, sungai di belakang rumah Tiwi mulai berubah. Warnanya menjadi keruh kecoklatan, bau menyengat tercium di sore hari, dan ikan-ikan kecil yang biasa berenang menghilang. Tiwi sedih dan bertanya kepada ibunya, “Bu, kenapa sungainya sekarang bau? Airnya juga kotor. Aku nggak bisa main-main lagi.”

Bu Tini menghela napas dan berkata, “Sepertinya banyak warga yang masih buang sampah ke selokan. Hujan deras beberapa hari lalu bawa semua sampah itu ke sungai.”

Tiwi termenung. Ia teringat Pak Iman pernah berkata dalam pertemuan warga, “Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari air. Kalau air kotor, kita yang rugi. Air tanah bisa tercemar, dan tanaman bisa layu.”

Tiwi tak bisa diam. Ia ingin sungai kembali jernih. Keesokan harinya, ia mengajak kakaknya, Eko yang berusia 15 tahun, untuk keliling kampung. “Ko, kita harus kasih tahu warga tentang bahaya buang sampah sembarangan. Aku nggak mau sungai kita mati.”

Eko, meski awalnya malas, akhirnya setuju. Bersama-sama, mereka membuat poster dari kardus bekas bertuliskan:
“Sampahmu, Airmu, Hidupmu. Jangan Buang Sampah ke Sungai!”
Mereka menggambar sungai yang penuh ikan dan tumbuhan hijau di satu sisi, dan sungai penuh sampah di sisi lain.

Mereka meminta izin ke Pak Iman untuk menempelkan poster itu di balai RW, warung, dan depan sekolah. Tak hanya itu, mereka juga mengajak boneka kesayangan Tiwi, Yasmina dan Kang Pisman, ikut dalam kampanye lingkungan kecil-kecilan.

Pak Iman mendukung penuh. “Wah, kalian luar biasa! Kalian sudah paham hubungan antara sampah dan air. Ini yang harus kita tanamkan ke semua warga. Mau bantu saya adakan kerja bakti minggu depan?”

Tiwi dan Eko bersorak, “Mau!”

Hari Minggu tiba. Warga berkumpul di pinggir sungai. Bu Tini membawa makanan ringan untuk semua, dan Pak Iman membawa karung-karung besar untuk memungut sampah. Tiwi dan Eko membagikan sarung tangan dan masker kain buatan Ibu-ibu PKK dari kain perca.

Mereka bekerja bersama-sama: memungut plastik, menyapu daun, dan mencabut rumput liar. Setelah beberapa jam, sungai tampak lebih bersih. Walau airnya belum sepenuhnya jernih, mereka merasa bangga. Hari itu menjadi hari pertama dari gerakan “Sungai Hidup, Kampung Sehat.”

Di akhir kegiatan, Pak Iman menjelaskan lebih lanjut kepada warga, “Air hujan yang jatuh ke tanah harus bisa meresap. Kalau banyak sampah menyumbat saluran, air jadi tergenang dan membawa polutan ke sungai dan sumur kita. Kita harus jaga siklus air agar tidak rusak.”

Ia menunjukkan gambar sederhana: hujan turun → meresap ke tanah → jadi air tanah → keluar di mata air dan sungai.
“Tapi kalau tanah tertutup plastik dan sampah, air tidak bisa masuk. Dia lari ke sungai bawa sampah, dan akhirnya kita kena banjir atau krisis air bersih.”

Warga mulai mengerti. Sejak hari itu, kampung Sumber Sejuk menerapkan beberapa kebiasaan baru:

  1. Pemilahan Sampah di Rumah: Setiap rumah wajib punya tiga tempat sampah—hijau, biru, abu. Sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan kompos.

  2. Lubang Resapan Biopori: Di depan rumah dibuat lubang-lubang kecil untuk menyerap air hujan agar tidak mengalir ke jalan.

  3. Bank Sampah dan Komposter Komunal: Warga membawa sampah anorganik ke bank sampah setiap minggu, dan sisa makanan dibawa ke komposter RW.

  4. Sungai Bersih Tiap Bulan: Anak-anak sekolah dilibatkan untuk menjaga sungai, belajar ekosistem, dan menghitung jumlah ikan kecil yang kembali.

Tiwi menjadi duta kecil lingkungan. Ia diundang ke sekolah-sekolah tetangga untuk bercerita tentang Sungai Sumber Sejuk. Ia bercerita dengan penuh semangat, “Kalau kita buang sampah sembarangan, kita sedang merusak air. Tapi kalau kita jaga air, kita sedang menjaga kehidupan kita sendiri.”

Ia menutup ceritanya dengan pertanyaan, “Maukah kalian bantu aku menjaga air dan lingkungan? Yuk, mulai dari rumah!”

Senin, 27 Januari 2025

Menjaga Komitment

 Komitmen adalah janji yang kita buat kepada diri sendiri untuk tetap konsisten, apa pun rintangannya. Salah satu cara sederhana untuk melatih komitmen adalah dengan menjalankan aktivitas yang sudah direncanakan, meskipun terkadang ada hambatan yang datang.

Kemarin, misalnya, hujan turun di siang  hari. Namun, aku tetap memutuskan untuk pergi ke kebun seperti yang sudah aku niatkan. Bagi sebagian orang, mungkin ini terdengar sederhana, tetapi bagiku, ini adalah latihan untuk tetap konsisten terhadap tujuan yang sudah ditetapkan.

Berkebun di tengah suasana sejuk setelah hujan ternyata memberi banyak pelajaran. Tanah yang lembap memudahkan proses menanam, aroma segar setelah hujan memberikan ketenangan, dan melihat tanaman-tanaman yang dirawat tumbuh subur menjadi kepuasan tersendiri. Aktivitas ini tidak hanya membuat liburan lebih bermakna, tetapi juga menjadi pengingat bahwa setiap usaha kecil yang kita lakukan akan membawa hasil di kemudian hari.

Komitmen tidak selalu tentang hal-hal besar. Terkadang, justru dimulai dari langkah kecil seperti menyisihkan waktu untuk merawat kebun, membaca buku, atau bahkan beristirahat dengan terencana. Dengan menjaga konsistensi dalam hal kecil, kita sedang membangun pondasi untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.  Seperti halnya tahun ini alhamdulillah sampai hari ke-28 ini aku tetap konsisten posting setiap hari untuk @30haribercerita  karena aku percaya , hal kecil yang dilakukan dengan tekun akan membentuk kebiasaan besar yang membawa manfaat berkelanjutan.  Dan Resolusiku tahun ini adalah produktif menulis kembali,  maka  menulis #30haribercerita adalah latihan untuk sepanjang tahun 2025 Terima kasih #30bhc2528 semoga kita bisa bersua lagi di tahun-tahun mendatang

https://www.instagram.com/p/DFWQxyLT64w/?igsh=MTF5cW14NjJndWw2OA==

Kamis, 23 Januari 2025

Kebahagiaan Seorang Ibu itu Sederhana

 

Ada momen dalam hidup seorang ibu yang begitu sederhana, tapi tak tergantikan rasanya. Hari ini, aku menerima kiriman  dari putriku. Bukan barang mewah atau sesuatu yang besar, melainkan sesuatu yang sangat aku butuhkan: ikat rambut, peniti, dan gunting kuku.

Bagi orang lain, mungkin ini hanya barang kecil. Tapi bagiku, ini lebih dari sekadar benda. Ini adalah bukti bahwa ia memperhatikan kebutuhanku, meskipun kami terpisah jarak. Sebagai ibu, aku sering sibuk hingga lupa di mana menaruh barang-barang kecil seperti ini tapi akan susah kalau ga ada di rumahku.  Ia tahu aku membutuhkannya, dan dengan penuh cinta, ia mengirimkannya dari jauh.  Dia tahu benda-benda ini sangat aku butuhkan dalam keseharianku dan sering kali aku cari hihihi.

Benda-benda  ini membuatku sadar, cinta anak kepada ibunya tidak selalu ditunjukkan dengan kata-kata besar atau gestur yang mewah. Bahkan dengan barang sederhana, ia bisa menunjukkan perhatian yang begitu tulus.  Ada perasaan hangat yang menjalar di hati, mengingatkan aku bahwa perhatian anak-anak adalah bentuk cinta yang paling murni. Ia tidak hanya melihatku sebagai seorang ibu yang kuat, tapi juga seseorang yang kadang butuh hal-hal kecil untuk mempermudah keseharian.

Hadiah ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan sering kali datang dari hal-hal sederhana. Bukan tentang nilai barangnya, tapi tentang kepedulian di baliknya. Aku merasa seperti ibu paling bahagia di dunia, hanya karena ikat rambut, peniti, dan gunting kuku dari anakku tercinta.

Terima kasih, No,  Hadiah kecilmu membuat hari-hariku menjadi lebih ceria dan berwarna.

Kepada para ibu di luar sana, ingatlah: kebahagiaan kita tidak selalu berasal dari hal-hal besar. Kadang, hadiah kecil penuh perhatian bisa membuat kita merasa dicintai lebih dari apa pun di dunia ini.
@30haribercerita #30haribercerita #30bhc2524 #senyumsemangatikhlas
#smileupyourworld

Rabu, 22 Januari 2025

Perpanjang Umur Barang dengan Reparasi: Solusi Bijak untuk Mengurangi Limbah

 


Kemarin saya memperbaiki sandal rumah yang alasnya lepas. Awalnya saya berpikir untuk membeli yang baru, apalagi sandal baru sekarang banyak yang murah. Tapi, saya sadar, memperbaiki barang yang masih bisa digunakan adalah pilihan yang jauh lebih bijak.

Repair  salah satu cara efektif untuk memperpanjang umur barang yang kita miliki. Selain menghemat uang, kita juga turut mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Bayangkan jika setiap kerusakan kecil langsung membuat kita membuang barang tersebut, berapa banyak sampah yang akan menumpuk? 

Dengan memperbaiki sandal saya, saya menyadari ada kepuasan tersendiri. Barang yang kita perbaiki dengan tangan kita sendiri menjadi lebih bernilai. Dan saya senang membuat tukang sol punya penghasilan 

Jadi, dalam prinsip 5R atau lebih Repair salah satu yang bisa jadi pertimbangan, so sebelum memutuskan membeli barang baru, coba pikirkan.  Apakah barang ini masih bisa diperbaiki? Banyak barang bisa disulap menjadi seperti baru dengan sedikit usaha.  Apakah saya benar-benar membutuhkannya? Barang murah kadang menggoda, tapi seringkali hanya menambah tumpukan barang yang jarang dipakai. 

Apa dampaknya pada lingkungan? Memperbaiki barang berarti kita berkontribusi dalam menjaga bumi kita tetap sehat. 

Sekarang jamannya YONO  You  only  need one sebuah prinsip hidup yang menekankan pada konsumsi minimalis dan hanya membeli barang atau jasa yang benar-benar dibutuhkan

Dengan memperpanjang umur barang melalui reparasi, kita tidak hanya menghemat uang, tapi juga menunjukkan kepedulian pada lingkungan. Ayo biasakan memperbaiki, bukan membuang!

@30haribercerita #30haribercerita #30bhc2523 #literasilingkungan

#senyumsemangatikhlas #smileupyourworld

https://www.instagram.com/p/DFJS0yjzBl2/?igsh=MXQ0bjA2dWx4MHg3cQ==

Senin, 20 Januari 2025

Belajar dari Pengalaman: Mengambil Teladan dari Jepang dalam Pengelolaan Sampah


Setiap pengalaman, baik dari diri sendiri maupun orang lain, selalu mengandung pelajaran berharga. Begitu pula dalam konteks bangsa, kita dapat belajar dari sejarah, bahkan dari pihak yang pernah menjadi bagian kelam dalam perjalanan kita. Salah satu contohnya adalah Jepang.

Sebagai negara yang pernah menjajah Indonesia, Jepang meninggalkan luka sejarah. Namun, di sisi lain, kita juga dapat mengambil teladan dari bagaimana mereka mengelola lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah. Jepang dikenal sebagai negara yang sangat disiplin dan teratur dalam memilah, mendaur ulang, dan mengelola limbahnya.

Sistem pengelolaan sampah Jepang melibatkan:
Pemilahan Sampah yang Ketat: Masyarakat Jepang terbiasa memilah sampah organik, anorganik, dan jenis sampah yang lain sejak dari rumah dan juga dimanapun berada, termasuk di tempat umum.  Tidak memilah tidak diangkut sangat ditegakkan disana.  

Pendidikan Lingkungan yang Konsisten: Kesadaran lingkungan ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan formal dan kampanye masyarakat sungguh luar biasa

Pelajaran ini  bisa menjadi inspirasi bagi kita. Walau latar sejarah antara Indonesia dan Jepang pernah dipenuhi konflik, hal tersebut tidak menghalangi kita untuk belajar dari nilai positif yang mereka miliki. Seperti kata pepatah, "Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk."

Mari kita mulai menanamkan budaya memilah sampah di rumah, mendaur ulang, dan menjaga lingkungan. Dengan begitu, kita tidak hanya belajar dari Jepang, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Kita bisa memulai dari diri sendiri, rumah kita, dan komunitas di sekitar kita.
Apa langkah kecil yang ingin Anda mulai hari ini?
@30haribercerita #30haribercerita #30bhc2521 #literasilingkungan ##senyumsemangatikhlas #smileupyourworld


https://www.instagram.com/p/DFEMVVsTYdd/?igsh=MTVvY3JyamU1ZHV5aw==

Minggu, 19 Januari 2025

Buku: Jendela Ilmu dan Inspirasi Tanpa Batas

 


Hari Sabtu kemarin aku mampir ke salah satu perpustakaan di Garut @parmadenda_  dan aku amazing dengan tempat ini,  jika di Bandung aku sering keluar masuk TBM atau perpustakaan untuk sekedar nongkrong sambil kerja, tapi sejak 4 tahun ini berkegiatan di Garut baru kali ini masuk ke ruangan penuh buku.  Senang rasanya melihat anak-anak muda berkegiatan dan beraktivitas disana.  Apalagi aku pernah denger cerita founder nya saat kumpul komunitas di @circle.waves jadi lebih faham dengan keberadaannya. 


Aku percaya membaca adalah salah satu cara terbaik untuk membuka wawasan, memperkaya pengetahuan, dan menemukan ide-ide kreatif. Buku, sebagai "jendela ilmu," membawa kita menjelajahi dunia tanpa batas, baik itu sejarah, sains, budaya, atau bahkan kisah-kisah inspiratif.


Namun, lebih dari sekadar membaca, mengunjungi perpustakaan juga memberikan manfaat yang luar biasa. Perpustakaan menawarkan beragam koleksi buku, jurnal, dan media lainnya yang tidak selalu bisa kita dapatkan di tempat lain. 

Perpustakaan sering menjadi tempat berkumpulnya komunitas yang memiliki minat yang sama. Di sana, kita bisa bertemu dengan orang-orang yang berbagi visi dan belajar dari pengalaman mereka. Kadang-kadang, inspirasi datang dari tempat yang tak terduga. Dengan membaca buku dari berbagai genre atau berdiskusi di perpustakaan, kita bisa menemukan ide-ide baru yang segar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa alasan mengapa berkunjung ke perpustakaan adalah kebiasaan yang perlu kita bangun:

  1. Akses Pengetahuan yang Luas
    Perpustakaan menawarkan beragam koleksi buku, jurnal, dan media lainnya yang tidak selalu bisa kita dapatkan di tempat lain. Dengan membaca berbagai sumber, kita dapat memperdalam pemahaman dan memperkaya wawasan kita.

  2. Membangun Jejaring Positif
    Perpustakaan sering menjadi tempat berkumpulnya komunitas yang memiliki minat yang sama. Di sana, kita bisa bertemu dengan orang-orang yang berbagi visi dan belajar dari pengalaman mereka.

  3. Sumber Ide-Ide Kreatif
    Kadang-kadang, inspirasi datang dari tempat yang tak terduga. Dengan membaca buku dari berbagai genre atau berdiskusi di perpustakaan, kita bisa menemukan ide-ide baru yang segar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  4. Ruang Tenang untuk Berkonsentrasi
    Perpustakaan menyediakan lingkungan yang tenang dan kondusif untuk membaca, belajar, atau bahkan bekerja. Dalam suasana ini, kita bisa lebih fokus dan produktif.

Mari Bangun Kebiasaan Membaca!
Jadikan membaca dan berkunjung ke perpustakaan sebagai bagian dari rutinitas kita. Dengan membaca, kita tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan diri dan lingkungan. Ingatlah, buku adalah sumber segala ilmu yang akan selalu menyala menerangi perjalanan kita.

Apa buku terakhir yang kamu baca? Yuk, bagikan pengalaman membaca kamu dan ajak teman-teman untuk ikut menjelajahi dunia melalui perpustakaan!

https://www.instagram.com/reel/DFBikMjTXHG/?igsh=MTNxYWtyZHR4cThjaQ==